Perhatian!!!

Protected by Copyscape Online Copyright Checker
Silahkan Copy Paste Isi Blog Ini, Tapi Jangan Lupa sertakan alamat http://akperppnisolojateng.blogspot.com di postingan /alamat blog anda, agar tidak biblokir Google. Terima Kasih

Askep DHF

DEMAM BERDARAH DENGUE
Demam dengue (dengue fever, selanjutnya disingkat DD) adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak dan remaja atau orang dewasa dengan tanda-tanda klinis berupa demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, dengan/tanpa ruam, dan limfadenopati, demam bifasik, sakit kepala yang hebat, nyeri pada pergerakan bola mata, gangguan rasa mengecap, trombositopenia ringan, dan petekie spontan. Demam berdarah dengue (atau Dengue Haemorrhagic Fever, selanjutnya disingkat DBD) ialah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome, selanjutnya disingkat DSS) ialah penyakit DBD yang disertai renjatan.

PatogenesisVirus dengue dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus sebagai vektor ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk tersebut. Infeksi yang pertama kali dapat memberi gejala sebagai DD. Apabila orang itu mendapat infeksi berulang oleh tipe virus dengue yang berlainan akan menimbulkan reaksi yang berbeda. DBD dapat terjadi bila seseorang yang telah terinfeksi dengue pertama kali, mendapat infeksi berulang virus dengue lainnya. Virus akan bereplikasi di nodus limfatikus regional dan menyebar kejaringan lain, terus ke sistem retikuloendotelial dan kulit secara bronkogen maupun hematogen. Tubuh akan membentuk kompleks virus-antibodi dalam sirkulasi darah sehingga akan mengaktivasi sistem komplemen yang berakibat dilepaskannya anafilatoksin C3a dan C5a sehingga permeabilitas dinding pembuluh darah meningkat. Akan terjadi juga agregasi trombosit yang melepaskan ADP, trombosit melepaskan vasoaktif yang bersifat meningkatkan permeabilitas kapiler dan melepaskan trombosit faktor 3 yang merangsang koagulasi intravaskular. Terjadinya aktivasi faktor Hageman (faktor XII) akan menyebabkan pembekuan intravaskular yang meluas dan meningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah.
Manifestasi KlinisGambaran klinis amat bervariasi, dari yang ringan, sedang seperti DD, sampai ke DBD dengan manifestasi demam akut, perdarahan, serta kecenderungan terjadi renjatan yang dapat berakibat fatal. Masa inkubasi dengue antara 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari.Pada DD terdapat peningkatan suhu secara tiba-tiba, disertai sakit kepala, nyeri yang hebat pada otot dan tulang, mual kadang muntah, dan batuk ringan.Sakit kepala dapat menyeluruh atau berpusat pada supraorbital dan retroorbital. Nyeri di bagian otot terutama dirasakan bila tendon dan otot perut ditekan. Pada mata dapat ditemukan pembengkakan, injeksi konjungtiva, lakrimasi, dan fotofobia. Otot-otot sekitar mata terasa pegal. Eksantem dapat muncul pada awal demam yang terlihat jelas di muka dan dada, berlangsung beberapa jam kemudian akan muncul kembali pada hari ke-3-6 berupa bercak petekie di lengan dan kaki lalu ke seluruh tubuh. Pada saat suhu turun ke normal, ruam berkurang dan cepat menghilang, bekas-bekasnya kadang terasa gatal. Pada sebagian pasien dapat ditemukan kurva suhu yang bifasik. Dalam pemeriksaan fisik pasien DD hampir tidak ditemukan kelainan. Nadi pasien mula-mula cepat kemudian menjadi normal atau lebih lambat pada hari ke-4 dan ke-5. Bradikardi dapat menetap beberapa hari dalam masa penyembuhan. Dapat ditemukan lidah kotor dan kesulitan buang air besar. Pada pasien DBD dapat terjadi gejala perdarahan pada hari ke-3 atau ke-5 berupa petekie, purpura, ekimosis, hematemesis, melena, dan epistaksis. Hati umumnya membesar dan terdapat nyeri tekan yang tidak sesuai dengan beratnya penyakit. Pada pasien DSS, gejala renjatan ditandai dengan kulit yang terasa lembab dan dingin, sianosis perifer yang terutama tampak pada ujung hidung, jari-jari tangan dan kaki, serta dijumpai penurunan tekanan darah. Renjatan biasanya terjadi pada waktu demam atau saat demam turun antara hari ke-3 dalam hari ke-7.
DiagnosisKriteria klinis DD, adalah:1. Suhu badan yang tiba-tiba meninggi2. Demam yang berlangsung hanya beberapa hari3. Kurva demam yang menyerupai pelana kuda4. Nyeri tekan terutama di otot-otot dan persendian5. Adanya ruam-ruam pada kulit6. Leukopenia.Kriteria klinis DBD menurut WHO 1986, adalah:1. Demam akut, yang tetap tinggi selama 2-7 hari, kemudian turun secara drastis. Demam disertai gejala tidak spesifik, seperti anoreksia, malaise, nyeri pada punggung, tulang, persendian, dan kepala.2. Manifestasi perdarahan, seperti uji turniket positif, petekie, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, dan melena.3. Pembesaran hati dan nyeri tekan tanpa ikterus.4. Dengan/tanpa renjatan. Renjatan yang terjadi pada saat demam biasanya mempunyai prognosis yang buruk.5. Kenaikan nilai Ht/hemokonsentrasi, yaitu sedikitnya 20%.Derajat beratnya DBD secara klinis dibagi sebagai berikut:1. Derajat I (ringan), terdapat demam mendadak selama 2-7 hari disertai gejala klinis lain dengan manifestasi perdarahan teringan, yaitu uji turniket positif2. Derajat II (sedang), ditemukan pula perdarahan kulit dan manifestasi perdarahan lain.3. Derajat III, ditemukan tanda-tanda dini renjatan.4. Derajat IV, terdapat DSS dengan nadi dan tekanan darah yang tak terukur.Diagnosis klinis perlu disokong pemeriksaan serologi.Pemeriksaan Penunjang1. Darah. Pada DD terdapat leukopenia pada hari ke-2 atau hari ke-3. Pada DBD dijumpai trombositopenia dan hemokonsentrasi. Masa pembekuan masih normal, masa biasanya memanjang, dapat ditemukan penurunan faktor II, V, VII, IX, dan XII. Pada pemeriksaan kimia darah tampak hipoproteinemia, hiponatremia, hipokloremia. SGOT, serum glutamik piruvat transaminase (SGPT), ureum, dan pH darah mungkin meningkat, reverse alkali menurun.2. Air seni. Mungkin ditemukan albuminuria ringan.3. Sumsum tulang. Pada awal sakit biasanya hiposelular, kemudian menjadi hiperselular pada hari ke-5 dengan gangguan maturasi dan pada hari ke- 10 sudah kembali normal untuk semua sistem.4. Uji serologia. Uji serologi memakai serum ganda, yaitu serum diambil pada masa akut dan konvalesen, yaitu uji pengikatan komplemen (PK), uji netralisasi (NT), dan uji dengue blot. Pada uji ini dicari kenaikan antibodi antidengue sebanyak minimal empat kali.b. Uji serologi memakai serum tunggal, yaitu uji dengue blot yang mengukur antibodi antidengue tanpa memandang kelas antibodinya, uji IgM antidengue yang mengukur hanya antibodi antidengue dari kelas IgM. Pada uji ini yang dicari adalah ada tidaknya atau titer tertentu antibodi antidengue.5. Isolasi virus, yang diperiksa adalah darah pasien dan jaringan.Diagnosis Banding1. Adanya demam pada awal penyakit dapat dibandingkan dengan infeksi bakteri maupun virus, seperti bronkopneumonia, kolesistitis, pielonefritis, demam tifoid, malaria, dan sebagainya.2. Adanya ruam yang akut seperti pada morbili perlu dibedakan dengan DBD.3. Adanya pembesaran hati perlu dibedakan dengan hepatitis akut dan leptospirosis.4. Pada meningitismeningokok dan sepsis terdapat perdarahan di kulit.5. Penyakit-penyakit darah seperti idiophatic thrombocytopenic purpurae, leukemia pada stadium lanjut, dan anemia aplastik.6. Renjatan endotoksik.7. Demam chikungunya.PenatalaksanaanPenatalaksanaan DD atau DBD tanpa penyulit adalah:1. Tirah baring2. Makanan lunak dan bila belum nafsu makan diberi minum 1,5-2 liter dalam 24 jam (susu, air dengan gula, atau sirop) atau air tawar ditambah garam.3. Medikamentosa yang bersifat simtomatis. Untuk hiperpireksia dapat diberi kompres, antipiretik golongan asetaminofen, eukinin, atau dipiron dan jangan diberikan asetosal karena bahaya perdarahan.4. Antibiotik diberikan bila terdapat kemungkinan terjadi infeksi sekunder.Pada pasien dengan tanda renjatan dilakukan:1. Pemasangan infus dan dipertahankan selama 12-48 jam setelah renjatan diatasi.2. Observasi keadaan umum, nadi, tekanan darah suhu dan pernapasan tiap jam, serta Hb dan Ht tiap 4-6 jam pada hari pertama selanjutnya tiap 24 jam.Pada pasien DSS diberi cairan intravena yang diberikan dengan diguyur, seperti NaCl, laktat Ringer yang dipertahankan selama 12-48 jam setelah renjatan teratasi. Bila tak tampak perbaikan dapat diberikan plasma atau plasma ekspander atau dekstran atau preparat hemasel sejumlah 15-29 ml/kg berat badan dan dipertahankan selama 12-48 jam setelah renjatan teratasi. Bila pada pemeriksaan didapatkan penurunan kadar Hb dan Ht maka diberi transfusi darah.PrognosisKematian karena demam dengue hampir tidak ada. Pada DBD/DSS mortalitasnya cukup tinggi. Penelitian pada orang dewasa di Surabaya, Semarang, dan Jakarta menunjukkan bahwa prognosis dan perjalanan penyakit umumnya lebih ringan daripada anak-anak




[+/-] Read More/Selengkapnya...

DOWNLOAD ASKEP LENGKAP SILAHKAN KLIK LINK DIBAWAH INI
ASKEP LENGKAP

Terima Kasih Telah Download,
ingin download askep lebih banyak silahkan klik Download Askep
Kami sangat berterima kasih jika pengunjung bersedia Klik Iklan yang ada

INGIN BERBISNIS SEPERTI SAYA SILAHKAN KLIK BANNER DIBAWAH INI

Manfaatkan BLOG ANDA

Askep Hipertensi

Pengertian
Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mm Hg
atau lebih dan tekanan diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Rogen, 1996).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHG
dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHG (Luckman Sorensen,1996).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah
sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg atau
lebih. (Barbara Hearrison 1997):)

ASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSI ( DARAH TINGGI )
Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah
peningkatan tekanan darah yang abnormal dengan sistolik lebih dari 140
mmHg dan diastolic lebih dari 90 mmHg.

Etilogi.
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi
terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer
Namun ada beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
a. Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau
transport Na.
b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat.
c. Stress Lingkungan
d. Hilangnya Elastisitas jaringan and arterisklerosis pada orang tua serta
pelabaran pembuluh darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
a. Hipertensi Esensial (Primer)
Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti
genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system
rennin angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.
b. Hipertensi Sekunder
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vakuler renal. Penggunaan
kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.
Patofisiologi
Menurunnya tonus vaskuler meransang saraf simpatis yang diterukan ke sel
jugularis. Dari sel jugalaris ini bias meningkatkan tekanan darah. Dan
apabila diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin
yang berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada
angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh
darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.
Selain itu juga dapat meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkan
retensi natrium. Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan
darah. Dengan Peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan
pada organ organ seperti jantung.

Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah meningkatkan
tekanan darah > 140/90 mmHg, sakit kepala, epistaksis, pusing/migrain,
rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang kunang, lemah dan lelah,
muka pucat suhu tubuh rendah.

Komplikasi
Organ organ tubuh sering terserang akibat hipertensi anatara lain mata
berupa perdarahan retina bahkan gangguan penglihatan sampai kebutaan,
gagal jantung, gagal ginjal, pecahnya pembuluh darah otak.
Penatalaksanaan Medis
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis
penatalaksanaan:
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis.
1. Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat menurunkan
tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan
kadar adosteron dalam plasma.
2. Aktivitas.
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan
batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging,
bersepeda atau berenang.
b. Penatalaksanaan Farmakologis.
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
1. Mempunyai efektivitas yang tinggi.
2. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
3. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
4. Tidak menimbulakn intoleransi.
5. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
6. Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti
golongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium,
golongan penghambat konversi rennin angitensin.

Test diagnostic.
a. Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti :
hipokoagulabilitas, anemia.
b. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
c. Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
d. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan
ada DM.
e. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
f. EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang
P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
g. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
h. Poto dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,
pembesaran jantung.

Pengkajian
a. Aktivitas/ Istirahat.
Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda :Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
b. Sirkulasi
Gejala :Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup
dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi.
Tanda :Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,
radialis, tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis,
kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisian
kapiler mungkin lambat/ bertunda.
c. Integritas Ego.
Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress multiple
(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan.
Tanda :Letupan suasana hat, gelisah, penyempitan continue perhatian,
tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola
bicara.
d. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat
penyakit ginjal pada masa yang lalu.)

e. Makanan/cairan
Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak
serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir ini
(meningkat/turun) Riowayat penggunaan diuretic
Tanda: Berat badan normal atau obesitas,, adanya edema, glikosuria.
f. Neurosensori
Genjala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyu, sakit kepala,
subojksipital (terjadi saat bangun dan menghilangkan secara spontan
setelah beberapa jam) Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan kabur,
epistakis).
Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara,
efek, proses piker, penurunan keuatan genggaman tangan.
g. Nyeri/ ketidaknyaman
Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung),sakit
kepala.
h. Pernafasan
Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea,
ortopnea,dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.
Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyi
nafas tambahan (krakties/mengi), sianosis.
i. Keamanan
Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.
j. Pembelajaran/Penyuluhan
Gejala: Faktor resiko keluarga: hipertensi, aterosporosis, penyakit
jantung, DM.
Faktor faktor etnik seperti: orang Afrika-amerika, Asia Tenggara,
penggunaan pil KB atau hormone lain, penggunaan alcohol/obat.
Rencana pemulangan : bantuan dengan pemantau diri TD/perubahan dalam
terapi obat.

Diagnosa, Kriteria hasil dan Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1 .
Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi
pembuluh darah.
Kriteria Hasil :
Klien berpartisifasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah / beban
kerja jantung , mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat
diterima, memperlihatkan norma dan frekwensi jantung stabil dalam rentang
normal pasien.
Intervensi
1. Observasi tekanan darah (perbandingan dari tekanan memberikan gambaran
yang lebih lengkap tentang keterlibatan / bidang masalah vaskuler).
2. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer (Denyutan
karotis,jugularis, radialis dan femoralis mungkin teramati / palpasi.
Dunyut pada tungkai mungkin menurun, mencerminkan efek dari vasokontriksi
(peningkatan SVR) dan kongesti vena).
3. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas. (S4 umum terdengar pada
pasien hipertensi berat karena adanya hipertropi atrium, perkembangan S3
menunjukan hipertropi ventrikel dan kerusakan fungsi, adanya krakels,
mengi dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder terhadap terjadinya
atau gagal jantung kronik).
4. Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler.
(adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat
mencerminkan dekompensasi / penurunan curah jantung).
5. Catat adanya demam umum / tertentu. (dapat mengindikasikan gagal
jantung, kerusakan ginjal atau vaskuler).
6. Berikan lingkungan yang nyaman, tenang, kurangi aktivitas / keributan
ligkungan, batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal. (membantu untuk
menurunkan rangsangan simpatis, meningkatkan relaksasi).
7. Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi dan distraksi. (dapat
menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat efek tenang,
sehingga akan menurunkan tekanan darah).
8. Kolaborasi dengan dokter dlam pembrian therafi anti
hipertensi,deuritik. (menurunkan tekanan darah).

Dignosa 2
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak
seimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
Kriteria Hasil :
Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan / diperlukan,
melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.
Intervensi
1. Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunkan parameter :
frekwensi nadi 20 per menit diatas frekwensi istirahat, catat peningkatan
TD, dipsnea, atau nyeridada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat,
pusig atau pingsan. (Parameter menunjukan respon fisiologis pasien
terhadap stress, aktivitas dan indicator derajat pengaruh kelebihan kerja
/ jantung).
2. Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan kelemahan
/ kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian pada
aktivitas dan perawatan diri. (Stabilitas fisiologis pada istirahat
penting untuk memajukan tingkat aktivitas individual).
3. Dorong memajukan aktivitas / toleransi perawatan diri. (Konsumsi
oksigen miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah
oksigen yang ada. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan
tiba-tiba pada kerja jantung).
4. Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi,
menyikat gigi / rambut dengan duduk dan sebagainya. (teknik penghematan
energi menurunkan penggunaan energi dan sehingga membantu keseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen).
5. Dorong pasien untuk partisifasi dalam memilih periode aktivitas.
(Seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas dan
mencegah kelemahan).

Diagnosa 3
Gangguan rasa nyaman nyeri : sakit kepela berhubungan dengan peningkatan
tekanan vaskuler cerebral.
Kriteria Hasil :
Melaporkan nyeri / ketidak nyamanan tulang / terkontrol, mengungkapkan
metode yang memberikan pengurangan, mengikuti regiment farmakologi yang
diresepkan.
Intervensi
1. Pertahankan tirah baring selama fase akut. (Meminimalkan stimulasi /
meningkatkan relaksasi).
2. Beri tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala,
misalnya : kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher serta teknik
relaksasi. (Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dengan
menghambat / memblok respon simpatik, efektif dalam menghilangkan sakit
kepala dan komplikasinya).
3. Hilangkan / minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan
sakit kepala : mengejan saat BAB, batuk panjang,dan membungkuk. (Aktivitas
yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala pada adanya
peningkatkan tekanan vakuler serebral).
4. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan. (Meminimalkan penggunaan
oksigen dan aktivitas yang berlebihan yang memperberat kondisi klien).
5. Beri cairan, makanan lunak. Biarkan klien itirahat selama 1 jam setelah
makan. (menurunkan kerja miocard sehubungan dengan kerja pencernaan).
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik, anti ansietas,
diazepam dll. (Analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan rangsangan saraf
simpatis).

Diagnosa 4
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
nutrisi in adekuat, keyakinan budaya, pola hidup monoton.
Kriteria Hasil :
klien dapat mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dengan kegemukan,
menunjukan perubahan pola makan, melakukan / memprogram olah raga yang
tepat secara individu.
Intervensi
1. Kaji emahaman klien tentang hubungan langsung antara hipertensi dengan
kegemukan. (Kegemukan adalah resiko tambahan pada darah tinggi, kerena
disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung berkaitan
dengan masa tumbuh).
2. Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan
lemak,garam dan gula sesuai indikasi. (Kesalahan kebiasaan makan menunjang
terjadinya aterosklerosis dan kegemukan yang merupakan predisposisi untuk
hipertensi dan komplikasinya, misalnya, stroke, penyakit ginjal, gagal
jantung, kelebihan masukan garam memperbanyak volume cairan intra vaskuler
dan dapat merusak ginjal yang lebih memperburuk hipertensi).
3. Tetapkan keinginan klien menurunkan berat badan. (motivasi untuk
penurunan berat badan adalah internal. Individu harus berkeinginan untuk
menurunkan berat badan, bila tidak maka program sama sekali tidak
berhasil).
4. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet. (mengidentivikasi
kekuatan / kelemahan dalam program diit terakhir. Membantu dalam
menentukan kebutuhan inividu untuk menyesuaikan / penyuluhan).
5. Tetapkan rencana penurunan BB yang realistic dengan klien, Misalnya :
penurunan berat badan 0,5 kg per minggu. (Penurunan masukan kalori
seseorang sebanyak 500 kalori per hari secara teori dapat menurunkan berat
badan 0,5 kg / minggu. Penurunan berat badan yang lambat mengindikasikan
kehilangan lemak melalui kerja otot dan umumnya dengan cara mengubah
kebiasaan makan).
6. Dorong klien untuk mempertahankan masukan makanan harian termasukkapan
dan dimana makan dilakukan dan lingkungan dan perasaan sekitar saat
makanan dimakan. (memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi yang
dimakan dan kondisi emosi saat makan, membantu untuk memfokuskan perhatian
pada factor mana pasien telah / dapat mengontrol perubahan).
7. Intruksikan dan Bantu memilih makanan yang tepat , hindari makanan
dengan kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur, es krim, daging dll)
dan kolesterol (daging berlemak, kuning telur, produk kalengan,jeroan).
(Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol penting dalam
mencegah perkembangan aterogenesis).
8. Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi. (Memberikan konseling dan
bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet individual).

Diagnosa 5
Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak
efektif, harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistic.
Kriteria Hasil :
Mengidentifikasi perilaku koping efektif dan konsekkuensinya, menyatakan
kesadaran kemampuan koping / kekuatan pribadi, mengidentifikasi potensial
situasi stress dan mengambil langkah untuk menghindari dan mengubahnya.
Intervensi
1. Kaji keefektipan strategi koping dengan mengobservasi perilaku,
Misalnya : kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan
berpartisipasi dalam rencana pengobatan. (Mekanisme adaptif perlu untuk
megubah pola hidup seorang, mengatasi hipertensi kronik dan
mengintegrasikan terafi yang diharuskan kedalam kehidupan sehari-hari).
2. Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan
konsentrasi, peka rangsangan, penurunan toleransi sakit kepala, ketidak
mampuan untuk mengatasi / menyelesaikan masalah. (Manifestasi mekanisme
koping maladaptive mungkin merupakan indicator marah yang ditekan dan
diketahui telah menjadi penentu utama TD diastolic).
3. Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan
strategi untuk mengatasinya. (pengenalan terhadap stressor adalah langkah
pertama dalam mengubah respon seseorang terhadap stressor).
4. Libatkan klien dalam perencanaan perwatan dan beri dorongan partisifasi
maksimum dalam rencana pengobatan. (keterlibatan memberikan klien
perasaan kontrol diri yang berkelanjutan. Memperbaiki keterampilan koping,
dan dapat menigkatkan kerjasama dalam regiment teraupetik.
5. Dorong klien untuk mengevaluasi prioritas / tujuan hidup. Tanyakan
pertanyaan seperti : apakah yang anda lakukan merupakan apa yang anda
inginkan ?. (Fokus perhtian klien pada realitas situasi yang relatif
terhadap pandangan klien tentang apa yang diinginkan. Etika kerja keras,
kebutuhan untuk kontrol dan focus keluar dapat mengarah pada kurang
perhatian pada kebutuhan-kebutuhan personal).
6. Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan
hidup yang perlu. Bantu untuk menyesuaikan ketibang membatalkan tujuan
diri / keluarga. (Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara
realistic untuk menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya).

Diagnosa 6
Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan kurangn
Kriteria hasil
1. Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regiment pengobatan.
2. Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang
perlu diperhatikan. Mempertahankan TD dalam parameter normal.
Intervensi
3. Bantu klien dalam mengidentifikasi factor-faktor resiko kardivaskuler
yang dapat diubah, misalnya : obesitas, diet tinggi lemak jenuh, dan
kolesterol, pola hidup monoton, merokok, dan minum alcohol (lebih dari 60
cc / hari dengan teratur) pola hidup penuh stress. (Faktor-faktor resiko
ini telah menunjukan hubungan dalam menunjang hipertensi dan penyakit
kardiovaskuler serta ginjal).
4. Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat.
(kesalahan konsep dan menyangkal diagnosa karena perasaan sejahtera yang
sudah lama dinikmati mempengaruhi minimal klien / orang terdekat untuk
mempelajari penyakit, kemajuan dan prognosis. Bila klien tidak menerima
realitas bahwa membutuhkan pengobatan kontinu, maka perubahan perilaku
tidak akan dipertahankan).
5. Kaji tingkat pemahaman klien tentang pengertian, penyebab, tanda dan
gejala, pencegahan, pengobatan, dan akibat lanjut. (mengidentivikasi
tingkat pegetahuan tentang proses penyakit hipertensi dan mempermudahj
dalam menentukan intervensi).
6. Jelaskan pada klien tentang proses penyakit hipertensi
(pengertian,penyebab,tanda dan gejala,pencegahan, pengobatan, dan akibat
lanjut) melalui penkes. (Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan klien
tentang proses penyakit hipertensi).

IV. Evaluasi
Resiko penurunan jantung tidak terjadi, intoleransi aktivitas dapat
teratasi, rasa sakit kepala berkurang bahkan hilang, klien dapat
mengontrol pemasukan / intake nutrisi, klien dapat menggunakan mekanisme
koping yang efektif dan tepat, klien paham mengenai kondisi penyakitnya





[+/-] Read More/Selengkapnya...

DOWNLOAD ASKEP LENGKAP SILAHKAN KLIK LINK DIBAWAH INI
ASKEP LENGKAP

Terima Kasih Telah Download,
ingin download askep lebih banyak silahkan klik Download Askep
Kami sangat berterima kasih jika pengunjung bersedia Klik Iklan yang ada

INGIN BERBISNIS SEPERTI SAYA SILAHKAN KLIK BANNER DIBAWAH INI

Manfaatkan BLOG ANDA

Askep gastritis

ASKEP GASTRITIS.
Pengertian adalah Suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan erosi. Erosif karena perlukaan hanya pada bagian mukosa. bentuk berat dari gastritis ini adalah gastritis erosive atau gastritis hemoragik. Perdarahan mukosa lambung dalam berbagai derajad dan terjadi erosi yang berarti hilangnya kontinuitas mukosa lambung pada beberapa tempat.

Etiologi
1.Obat analgetik anti inflamasi, terutama aspirin.
2.Bahan-bahan kimia
3.Merokok
4.Alkohol
5.Stres fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan, gagal pernafasan, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat
.6.Refluks usus ke lambung.
7.Endotoksin.PatogenesisSeluruh mekanisme yang menimbulkan gastritis erosif karena keadaan-keadaan klinis yang berat belum diketahui benar.

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan rusaknya mukosa lambung adalah :
a) kerusakan mukosa barrier sehingga difusi balik ion H+ meninggi,
b) perfusi mukosa lambung yang terganggu,
c) jumlah asam lambung.
Faktor ini saling berhubungan, misalnya stres fisik yang dapat menyebabkan perfusi mukosa lambung terganggu, sehingga timbul daerah-daerah infark kecil. Di samping itu, sekresi asam lambung juga terpacu. Pada gastritis refluks, gastritis karena bahan kimia, obat, mukosa barrier rusak, menyebabkan difusi balik ion H+ meninggi. Suasana asam yang terdapat pada lumen lambung akan mempercepat kerusakan mukosa barrier oleh cairan usus.

Manifestasi KlinisGambaran klinis gastritis akut erosif sangat bervariasi, mulai dari yang sangat ringan asimptomatik sampai sangat berat yang dapat membawa kematian.
Manifestasi tersebut adalah:
1.Muntah darah
2 Nyeri epigastrium
3.Neusa dan rasa ingin vomitus
4.Nyeri tekan yang ringan pada epigastrium

Pada pemeriksaan fisik biasanya tidak ditemukan kelainan, kecuali mereka yang mengalami perdarahan hebat hingga menimbulkan gangguan hemodinamik yang nyata seperti hipotensi, pucat, keringat dingin, takikardi sampai gangguan kesadaran.

Pemeriksaan Diagnostik
1.Endoskopi, khususnya gastroduodenoskopi.
Hasil pemeriksaan akan ditemukan gambaran mukosa sembab, merah, mudah berdarah atau terdapat perdarahan spontan, erosi mukosa yang bervariasi
.2.Histopatologi.
3.Radiologi dengan kontras ganda, meskipun kadang dilakukan tapi tidak begitu memberikan hasil yang memuaskan.

PengobatanPengobatan lebih ditujukan pada pencegahan terhadap setiap apsien yang beresiko tinggi, hal yang dapat dilakukan adalah ;
1.Mengatasi kedaruratan medis yang terjadi.
2.Mengatasi atau menghindari penyebab apabila dapat dijumpai.
3.Pemberian obat-obat H+ blocking, antasid atau obat-obat ulkus lambung yang lain.Dahulu sering dilakukan kuras lambung menggunakan air es untuk menghentikan perdarahan saluran cerna atas, tapi tak ada bukti klinis yang menunjukkan bahwa tindakan tersebut memberikan manfaat dalam menghentikan perdarahan saluran cerna atas.

Proses Keperawatan Gastritis Akut

DiagnosisKeperawatan
1.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, rangsangan muntah sendiri, penyalahgunaan laksantif, dan atau penyimpangan persepsi dengan tubuh.
2.Resiko tinggi kekurangan volume cairan (sekunder) yang berhubungan dengan diet.
3.Gangguan gambaran tubuh yang berhubungan dengan persepsi yang tidak akurat tentang dir
i4.Kebutuhan koping individu yang berhubungan dengan perasaan hilangk kontrol rasa takut dengan bertambah besar dan/atau respons pribadi terhadap disfungsi keluarga.
5.Ketidakefektifan koping keluarga yang berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mengkomunikasikan dan untuk memenuhi kebutuhan semua anggota keluarga.
6.Kurang pengetahuan dan informasi yang berhubungan dengan kondisi dan kurangnya keterampilan koping

Intervensi/Implementasi Keperawatan
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, rangsangan muntah sendiri, penyalahgunaan laksantif, dan atau penyimpangan persepsi dengan tubuh.
1.Izinkan klien memilih makanan (makanan rendah kalori tidak diperbolehkan)
2.Buat struktur waktu makan dengan batasan waktu (misalnya 40 menit)
3.Hilangkan distraksi (misalnya pembicaraan, menonton televisi) selama waktu makan
4.Sebutkan waktu untuk makan, menghidangkan makanan, dan batas waktu makan; informasikan pada klien bahwa bila makanan tidak dimakan selama waktu yang telah disediakan, akan dibuat penggantian metode pemberian makanan yang lain.
5.Bila makanan tidak dimakan, lakukan pemberian makan melalui selang, NGT sesuai pesan
an dalam keadaan seperti ini jangan berikan penawaran pada klien.
6.Lakukan metode pemberian makan pengganti setiap kali klien menolak untuk makan per oral.
7.Jauhkan perhatian selama makan bila klien menolak untuk makan.
8.Jangan biarkan klien "mengemut" makanan.
9.Kurangi perhatian saat makan

Terapi Modifikasi Perilaku
1.Klien mencapai peningkatan berat badan setiap hari karena adanya keinginan dari klien.
2.Perpisahan dari keluarga selama beberapa waktu akan sangat membantu.
3. Beralih pada aktivitas yang menyenangkan.
4. Intervensi keperawatan pembatasan bersifat teknis.
5. Isolasi sosial.
6. Komunikasi yang bermanfaat.
7. Berikan penghargaan pada klien hanya bila ia mengalami kenaikan berat badan.
8. Tindakan konsisten harus dipertahankan.
9. Setiap anggota staf harus mempunyai laporan akhir per shift tentang suatu keputusan
10.Cegah manipulasi staf dengan ceria.Pencegahan manipulasi staf dengan cerita, melalui membuat dan pertahankan batasan yang ketat, dan diskusikan tentang batasan dan konsekuensinya, bila melanggar batasan tersebut dengan cara yang tidak menghukum, rujuk pada perilaku manipulatif.
11. Ukur berat badanUkur BB dengan akurat;
a) timbang klien setiap hari sebelum makan pagi,
b) timbang klien hanya dengan gaun, cegah untuk menyembunyikan sesuatu yang berat pada tubuh,
c) tetapkan perilaku yang dapat diterima bila mencapai berat badan yang telah ditetapkan,
d) dorongan perawatan bertanggung jawab untuk peningkatan berat badan.

Kriteria Evaluasi1. Klien mengungkapkan pemahaman tentang kebutuhan nutrisi.
2. Menerima masukan kalori adekuat untuk mempertahankan berat badan normal.
3. Mengikuti kembali pola makan yang normal.

Resiko tinggi terjadikekurangan volume cairan (sekunder) yang berhubungan dengan diet.
1. Pantau masukan dan haluan; simpan catatan di kantor perawat, dan observasi dengan sesederhana mungkin.
2. Pantau pemberian cairan dengan elektrolit /NPT sesuai pesanan; temani klien ketika mandi untuk mencegah pengosongan cairan intravena.
3. Pantau tanda vital sesuai kebutuhan
.Kriteria Evaluasi
1. Klien menunjukkan hidrasi diperlukan secara adekuat.
2. Keseimbangan antara masukan dan haluaran.Gangguan gambaran tubuh yang berhubungan dengan persepsi yang tidak akurat tentang diri
1. Berikan hubungan positif dan penghargaan pada sesuatu yang dilakukan dengan baik oleh klien.
2. Kembangkan pengalaman yang berhasil
3. Mulailah melakukan dengan tugas-tugas yang mudah.
4. Fokuskan pada hal-hal yang positif.
5. Berikan dorongan pada klien untuk mengungkapkan pikirannya
6. Anjurkan klien untuk menguraikan tentang gambaran dirinya dan membicarakan perasaan tentang diri.
7. Anjurkan higiene yang baik dan berpakaian
8. Berikan respons secara faktual dan konsisten terhadap pertanyaan klien mengenai diet dan nutrisi
Kriteria Evaluasi
1. Klien mengungkapkan pikiran positif tentang diri sendiri.
2. Mulai menerima diri sebagai orang yang kurus

Kebutuhan koping individu yang berhubungan dengan perasaan hilangk kontrol rasa takut dengan bertambah besar dan/atau respons pribadi terhadap disfungsi keluarga.
1. Berikan dorongan untuk mengungkapkan perasaan
2. Observasi dan catat respons terhadap stres.
3. Ajukan untuk datang bila stres
.4. Hindarkan menarik perhatian Anda dari ritual atau emosional klien yang behubungan dengan makan, makanan, dan sebagainya.
5.Dukung upaya klien pada penentuan diri, khususnya bila dengan keluarga
.6. Tingkatkan tehnik reduksi stres.
7. Berikan dorongan pada orang terdekat.

Kriteria Evaluasi
1. Klien mulai menunjukkan ketrampilan koping positif
.2. Mempertahankan berat badan selama periode stres.
3. Mencapai dukungan dan sumber-sumber yang tepat.

Ketidakefektifan koping keluarga yang berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mengkomunikasikan dan untuk memenuhi kebutuhan semua anggota keluarga
1. Berikan dorongan pada klien dan keluarga untuk mengatakan pikiran, persepsi, dan perasaan.
2. Tunjukkan area yang tidak disetujui oleh klien dan anggota keluarga.Tentukan persepsi setiap anggota keluarga tentang apa yang telah dikatakan orang lain untuk memberikan penekanan keterampilan mendengar.Tekankan pada klien dan anggota keluarga tentang pentingnya menggunakan kata "Saya" dan menerima tanggung jawab untuk diri dengan kehadiran anggota keluarga, jasilah penasehat bagi klien dan berupaya menjadi pendukung pada penentuan diri.
3. Arahkan kembali pada kontrol konflik antara klien dan arang tua/orang terdekat terhadap makanan dan terhadap isu-isu yang berhubungan dengan jam malam, aktivitas sekolah, kepuasan kerja, dan, seterusnya.
4. Rujuk keluarga pada perawatan psikiatri yang berkelanjutan

.Kriteria Evaluasi
1. Klien mulai mengenal kebutuhan orang lain.
2. Mengidentifikasi area di mana kebutuhan serta harapan tidak terpenuhi.
3. Memberikan respons yang tepat terhadap dukungan yang diberikan
.4. Mencari bantuan bila diperlukan.

Kurang pengetahuan dan informasi yang berhubungan dengan kondisi dan kurangnya keterampilan koping
1. Berikan penekanan panduan nutrisi dan bagaimana cara mengatasi diet ketika jauh dari rumah.
2. Diskusikan dengan klien pentingnya pengkajian ulang kebutuhan kalori setiap 2 sampai 4 minggu.
3. Berikan dorongan penggunaan teknik penatalaksanaan stres.
4. Tingkatkan peogram latihan yang teratur.
5. Berikan dorongan kunjungan perawatan tindak lanjut dengan dokter dan konselor.

Kriteria Evaluasi
1.Klien mengungkapkan pentingnya perubahan gaya hidup untuk mempertahankan berat badan yang normal.
2.Klien mencari sumber konseling untuk membantu mengadakan perubahan.
3. Klien berusaha mempertahankan berat badan.

Sumber :Smeltzer & Bare (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGCDoengoes. (2000). Rencana Asuhan Keperawaan, Jakarta: EGC




[+/-] Read More/Selengkapnya...

DOWNLOAD ASKEP LENGKAP SILAHKAN KLIK LINK DIBAWAH INI
ASKEP LENGKAP

Terima Kasih Telah Download,
ingin download askep lebih banyak silahkan klik Download Askep
Kami sangat berterima kasih jika pengunjung bersedia Klik Iklan yang ada

INGIN BERBISNIS SEPERTI SAYA SILAHKAN KLIK BANNER DIBAWAH INI

Manfaatkan BLOG ANDA

Nyamuk menggigt anakku gimana nich?

Gigitan nyamuk sebenernya menjadi masalah kalau saja yang mengigit bukan nyamuk betina. Makanan nyamuk jantan (sebenarnya betina juga) makan dari sari bunga tanaman, tapi nyamuk betina butuh makan darah karena mereka perlu protein untuk mematangkan telur, yang akan mereka taruh di permukaan air tenang nantinya.
Nyamuk sendiri adalah serangga kecil dengan kaki-panjang-yang-kelihatan-rapuh dan berparuh di mulutnya. Penampilan seperti itu menipu, sebenernya sih -- nyamuk betina dilengkapi dengan paruh berbentuk seperti tombak sangat tajam buat mencari makanan buat anak-anaknya.

Maka dari itu nyamukjuga dikenal sebagai hewan vektor penular penyakit yang bersinggungan dengan darah dari satu korban ke korban lain. Mereka bertanggung jawab atas penularan demam kuning,malaria,DBD,kaki gajah dan penyakit gawat lainnya. Di tempat-tempat dimana penyakit menular yang disebabkan oleh nyamuk tidak terlalu serius, gigitan nyamuk sendiri itulah yang bikin jengkel. Banyak sekali bayi dan anak-anak yang digigit nyamuk dibanding serangga lainnya..

Ketika nyamuk menyuntikkan moncong tombaknya ke kulit manusia, sang nyamuk akan menyuntikkan air liurnya -- yang bercampur dengan enzim pencernaan dan anti pembekuan darah. Gigitan pertama tidak akan berasa. Gigitan berikutnya, orang akan merasakan adanya 'protein asing' masuk ke tubuh, dan bentol kecil, merah dan berasa gatal akan muncul beberapa waktu kemudian. Ini merupakan reaksi umum untuk anak-anak kecil. Setelah beberapa gigitan lagi, beberapa orang menjadi kurang sensitif lagi, kecuali yang punya alergi gigitan nyamuk. Beberapa anak kecil yang sudah agak besar tidak mengalami apa-apa setelah digigit nyamuk (kecuali mereka sudah lama tidak digigit nyamuk -- maka proses bisa terulang dari awal lagi). Sedangkan untuk beberapa anak yang lain, akan tampak reaksi alerginya. Mereka bisa rewel, lebam atau reaksi berupa rasa terbakar di kulit. Untuk anak-anak yang seperti ini, menghindari gigitan nyamuk adalah sebuah keharusan.

Nyamuk tertarik dengan sesuatu yang mengingatkan mereka pada sari bunga dan daging mamalia. Ketika anda berada di luar ruangan, pakailah pakaian berwarna terang yang menutupi hampir semua bagian tubuh anda, usahakan tidak ada kulit yang tebuka. Hindari warna-warna terlalu ngejreng seperti warna bunga. Warna Khaki, abu-abu, dan hijau lembut tidak terlalu menarik bagi nyamuk.

Nyamuk juga tertarik oleh bau manusia, dan inilah mereka memilih menggigit seseorang ( saya..he..he) lebih daripada yang lain !. Hindari wangi-wangian dalam sabun, sampo dan lulur. Hal-hal yang lain sih bagi nyamuk sama saja, kecuali mereka lebih memilih menggigit anak-anak dibanding orang dewasa. Banyak sepesies nyamuk yang memilih menggigit dari maghrib sampai fajar. Masalah akan lebih buruk kalau cuaca panas dan lembab. Hindari bermain di luar ruangan selagi musim gigitan nyamuk mencapai puncaknya di daerah anda. Lilin citronella mungkin beruna kalau anak-anak anda sedang bermain di luar. Tentu saja kita juga harus menghindari genangan air tenang. Orang yang beraksi alergi tinggi harus menghindari berada di daerah berawa.

Pusat Pencegahan dan KontrolPenyakit Menular Amerika (CDC) menyarankan penggunaan lulur anti-nyamuk di permukaan kulit yang terbuka. Senyawa efektifnya adalah DEET (N,N-diethyl meta-toluamide), yang merupakan formula anti serangga. Tapi lulur anti nyamuk yang mengandung DEET harus diberikan secara hati-hati kepada anak-anak. Jangan oleskan lulur ini dibawah pakaian, karena kandungan racunnya akan terserap oleh kulit. Jangan lupa, jangan oleskan di bagian tangan yang sekiranya akan bersentuhan dengan mata dan mulut. Lulur khusus anti nyamuk dengan kandungan 6-10% DEET boleh digunakan buat anak-anak. Untuk perlindungan yang lebih baik, selimut dan kelambu bisa direndam dulu dengan permethrin , yang merupakan lulur anti nyamuk yang diijinkan untuk digunakan di pakaian atau selimut. Jika digunakan sesuai petunjuk, permethrin akan mencegah gigitan nyamuk untuk beberapa minggu. Barang-barang ini bisa dibeli di toko-toko khusus perlengkapan militer, pecinta alam maupun bahan bangunan.

Kecuali anda tidak sedang bepergian ke daerah bernyamuk banyak, lebih baik menggunakan lulur anti nyamuk lembut untuk anak-anak. Lulur ini tidak akan membuat nyamuk pergi -- tapi mereka tidak akan menggigit. Jika anda melihat ada nyamuk menggigit anak anda, mungkin lulurnya masih bekerja, tapi kalau tetap digigit berarti lulurnya kurang manjur.
Beberapa penelitian menganjurkan untuk mengonsumsi thiamine (vitamin B1) 25 mg sampai 50 mg tiga kali sehari sebagai obat manjur untuk menghindari gigitan nyamuk. Vitamin yang aman ini akanmemproduksi bau kulit yang tidak tercium oleh manusia tapi bikin mual nyamuk yang sedang hamil (Pediatric Clinics of North America, 16:191, 1969). Obat ini cocok untuk orang-orang yang bereaksi alergi tinggi terhadap gigitan nyamuk. Thiamine akan kelihatan hasilnya setelah 2 minggu setelah minum teratur, yaitu setlah baunyamerata ke seluruh permukaan kulit. Bawang putih juga bekerja dengan cara yang sama (kecuali tentu saja manusia juga ikut 'menikmati' baunya), tetapi penelitian belum pernah dilakukan untuk efek bau bawang putih ini. Satu penelitian terakhir gagal menunjukkan bahwa bawang putih berfungsi sebagai pencegah gigitan nyamuk (Med Vet Entomol, 2005, 19(1)84-9.)

Perwatan terhadap reaksi berlebihan akibat gigitan nyamuk adalah dengan kompres dingin, antihistamin, senyawa anti-gatal, dan obat-obat anti peradangan. Untuk kompres dingin, taruhlah satu pak es batu di dalam kain halus dan usap/tekan ke bagian yang bentol-bentol. Tanyakan ke apoteker anda obat-obat anti-peradanganyang tepat untuk buah hati anda. Beberap aobat hanya diperbolehkan lewat resep dokter.

Senyawa paling sederhana anti-gatal adalah pasta yang terdiri dari soda pengembang dan air. Gunakan air secukupnya untuk membikinadonan lengket, lalu sebarkan. Lulur calamin bekerja dengan cara yang sama, dan biasanya bekerja lebih lama. Anak-anak yang lain mungkin lebih cocok dengan lulur berbau menthol seperti balsem.
Untuk obat anti peradangan, ibuprofen (Motrin atau Advil) atau naproxen (Alleve) bisa mengurangi bercak merah, nyeri, gatal, sakit menelan dan demam. beberapa cream steroid dengan kadar tertentu juga bisa digunakan. Pada beberapa kejadian, reaksi gigitan nyamuk bisa sangat menyakitkan dan mengancam ketahanan sistem steroid di dalam tubuh kita.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa beberapa ramuan anti-radang alami sangat manjur untuk manusia: oral evening primrose oil (Lancet, 2:1120, 1982) dan papaverine (Journal of the American Academy of Dermatology, 13:806, 1985). Cari saja di apotek terdekat.

Sedangkan perawatan yang bersifat lebih kuat dan dalam tahap penelitian adalah pemberian hormon thymic , recombinant gamma interferon, radiasi ultraviolet, berbagai obat kemoterapi, dan immunotherapy dengan sari nyamuk (Clinical Pediatric Dermatology, Saunders 1993, Ann Allergy Asthma Immunol, 2007 Sept:99(3):273-80), tapi kita hanya mempertimbangkan kalau reaksi penderita akan gigitan nyamuk betul-betul parah. Mungkin meeka akanmembaikdengan obat-obat eksperimen ini seiring jalannya waktu.

Memang kalau kita menganggap nyamuk seperti tikus maka kita bisa membasmi semua nyamuk di muka bumi ini. Tapi ada beberapa spesies ikan rawa yang memerlukan telur nyamuk untuk makanan mereka. Sedangkan ikan-ikan ini memegang peranan penting dalam sistem rantai makanan kita. Jadi, meskipun nyamuk menjadi momok kesehatan selama berabad-abad,mereka tetap penting dalam siklus ekosistem rawa dan tentu saja bagi penghuni lingkungan yang lain. Jadi, pemusnahan nyamuk di seluruh dunia bukan merupakan jawaban yang bijak.

Jadi, dengung nyamuk akan tetap ada di sekitar telinga kita. Dan IDAI blog telah banyak memberikan saran-saran yang mungkin bisa kita gunakan. Anda tidak perlu memakai semua saran tersebut, tapi anda butuh mencoba beberapa diantaranya demi kesehatan anak-anak kita. Jangan sampai karena saking takutnya nyamuk, kita melarang anak-anak kita bermain di luar ruangan, itu juga tidakbijak. Biarkan anak berkembang mengikuti dan menyesuaikan dengan alam sekitar.






[+/-] Read More/Selengkapnya...

DOWNLOAD ASKEP LENGKAP SILAHKAN KLIK LINK DIBAWAH INI
ASKEP LENGKAP

Terima Kasih Telah Download,
ingin download askep lebih banyak silahkan klik Download Askep
Kami sangat berterima kasih jika pengunjung bersedia Klik Iklan yang ada

INGIN BERBISNIS SEPERTI SAYA SILAHKAN KLIK BANNER DIBAWAH INI

Manfaatkan BLOG ANDA

Seks Yang aman Saat Hamil

Selain perubahan fisik, wanita yang sedang hamil biasanya memiliki perubahan kebutuhan akan perhatian dan keintiman dalam hubungan dengan pasangannya. Dari sisi emosianal, wanita hamil lebih sensitif, dan keintiman sudah bisa mereka rasakan lewat sentuhan atau sekedar bicara berdua dengan pasangan di tempat tidur sambil berpegangan tangan, meski begitu hubungan seks sama sekali tidak dilarang selama masa kehamilan.

Berikut rambu-rambu yang perlu Anda ketahui untuk melakukan seks yang aman ketika hamil :

- Posisi woman on top atau menyamping adalah posisi yang nyaman untuk wanita hamil.

- Sebelum melakukan penetrasi yang dalam, yang harus diutamakan adalah kenyamanan dan kebebasan ibu hamil.

- Penggunaan benda asing di sekitar vagina atau alat bantu seks, sebisa mungkin dihindari.

- Rasa pengertian, empati, kreatifitas dan humor adalah aspek yang sebaiknya ada ketika melakukan hubungan seksual pada saat kehamilan.

- Kapan pun, ibu hamil berhak mengatakan ’Tidak’

- Jika kehamilannya memiliki resiko tinggi, penetrasi dan orgasme sebaiknya dihindari sampai dokter menyatakan aman. Rangsangan melalui puting juga harus dihindari pada kondisi kehamilan seperti ini.

- Hindari penetrasi jika air ketuban bocor atau pecah.

- Kontak seksual dalam bentuk apa pun harus dihindari jika ibu hamil atau pasangannya telah terkontaminasi atau terkena virus HIV. Gunakan kondom jika memang tetap ingin melakukan aktivitas seksual.

Sumber : KCM



[+/-] Read More/Selengkapnya...

DOWNLOAD ASKEP LENGKAP SILAHKAN KLIK LINK DIBAWAH INI
ASKEP LENGKAP

Terima Kasih Telah Download,
ingin download askep lebih banyak silahkan klik Download Askep
Kami sangat berterima kasih jika pengunjung bersedia Klik Iklan yang ada

INGIN BERBISNIS SEPERTI SAYA SILAHKAN KLIK BANNER DIBAWAH INI

Manfaatkan BLOG ANDA

TEHNIK MEMADIKAN BAYI YANG BENAR

Untuk buah hati anda tentunya anda akan memberikan sesuatu yang terbaik, baik dalam memberikan makanan, minuman atau segala sesuatu yang lain seperti yang tiap hari ia butuhkan yakni mandi, memandikan si kecil bukan berbeda dengan saat kita mandi tetapi perlu tehnik-tehnik khusus yang tentunya benar agar bayi kita mendapatkan manfaat dari mandi. dibawah ini adalah langkah - langkah yang harus anda lakuan saat memandikan bua hati anda.

Mempersiapkan Mandi sang Bayi

* Selalu rencanakan ritual mandi bayi anda. Pastikan semuanya siap sebelum mulai memandikan bayi. Ini akan membikin lebih mudah dan aman.

* Kalau anda bisa, turunkan suhu airnya sampai 40 derajad celsius. Ini membikin bayi lebih nyaman. Isilah bak mandinya dengan aer hangat. Selalu test airnya terlebih dahulu dengan lengan atau siku anda. Airnya haruslah hangat dan nyaman, bukan panas.

* Pastikan segala keperluan buat mandi tersedia. Anda bisa menyediakan sabun lembut, bola-bola kapas dan sebuah popok bersih di wadahnya masing-masing. Lalu bawalah wadah yan gsudah berisi peralatan mandi itu dengan handuk dan kain pembilas ke ruangan dimana anda akan memandikan bayi. Kalau semuanya sudah siap, ambillah bayi anda.

* Kalau anda kelupaan suatu barang, anda harus membawa bayi anda untuk mengambil barang yang kelupaan itu. Ini agak susah untuk dilakukan apalagi kalau bayinya masih licin dan basah.

* Jangan pernah meninggalkan bayi anda sendiri di bak mandi.

Sebaiknya tidak usah menjawab telpon masuk atau dering bel di pintu selagi anda memandikan anak. Kalaupun anda mau lakukan itu, ambil bayi anda dan bawa juga bersama anda. Jika pasangan anda, famili atau teman-teman anda sering menelpon anda, kasih tahu mereka jam-jam anda memandikan bayi. Katakan pada mereka bahwa anda tidak akan menjawab telpon atau membukakan pintu selama jam-jam tersebut.

Memandikan bayi anda
Bayi anda pertama-tama akan memrlukan spons pembasuh. Mandikan bayi anda dengan spons pembasuh yang lembut terlebih dahulu sebelum puput tali pusernya atau sembuh luka sunatnya (kalau ada). Setelah itu barulah bayi anda boleh memakai bak mandi.

Isi sebuah ember besar atau wadah air yang besar dengan air hangat: gunakan pergelangan tangan ataupun siku anda untuk memastikan suhu yang tepat. Pastikan airnya tidak terlalu dingin ataupun panas. Air yang masih panas akan sangat berbahaya.

Ambil ember air hangat dan sebuah pembasuh lembut di tempat dimana anda akan memandikan bayi anda.

Ambil tempat buat memandikan bayi yang bersuhu hangat dan jangan di tempat yang banyak anginnya. Tentunya anda tidak mau bayi anda kedinginan. Anda bisa menaruh bayi anda di handuk mandi di permukaan yang datar. Jika anda menaruh bayi anda di atas meja, pastikan tidak akan menggelinding. Jangan tinggalkan bayi anda sendirian sedetik pun, ingat itu!

Copot pakain bayi anda. Celupkan pembilas mandi di air hangat dan peres sampai hanya terasa basah saja. Gunakan pembasuh lembut yang sudah basah itu untuk membasuh tubuh bayi anda dengan pelan dan lembut. Bilas kepala dan lehernya, belakang telinga, dan diantara jari tangan maupun kaki.

Bayi yang baru lahir tidak perlu mandi setiap hari. Cukup bersihkan mukanya, leher dan area perpopokan jikalau mereka kotor.

Lembutlah ketika memandikan bayi anda

* Anda bisa menggunakan bathtub anda, kitchen sink atau bak mandi bayi dari plastik. Gunakan sesuatu untuk membersihkan dan mengelap bak mandi bayi anda biar tidak mudah tergelincir atau kepleset. Jika anda menggunakan busa buat membersihkan bak mandi bayi, itu perlu sering-sering dikeringkan tiap kali selesai digunakan. Ini berguna untuk mencegah perkembangbiakan kuman dan bakteri. Atau anda bisa mengeringkan bak mandi bayi dengan handuk kering. Pastikan cuci dan keringkan handuk itu tiap kali selesai digunakan.

* Gunakan lap pembasuh bayi yang bersih, tanpa sabun, untuk membasuh mukanya. Basuhlah bagian luar dan dalam di tiap-tiap kupingya dan bilas dan keringkan lehernya juga.

* Jangan pernah menggunakan sabun busa atau detergen di air mandi bayi karena bisa menyebabkan ruam dan kulit mengelupas.

* Gunakan bola-bola kapas ataupun cotton pads untuk membersihkan mata bayi anda sebelum menaruhnya di bak mandi. Pastikan anda tahan bagian kepala bayi ketika di dalam bak mandi.

* Basuhlah rambut bayi anda dan bilas dengan penuh kelembutan, gunakan sabun dan shampo khusus bayi. Kerjakan hal ini hanya sekali atau dua kali seminggu saja. Bialslah dengan kain basah. Pastikan tidak ada busa sabun yang masuk mata bayi anda. Basuhlah badannya, dumulai dari bagian dada. Setelah dibersihkan dengan kain lembut, bilaslah kain itu dan gunakan sekali lagi untuk membilas bayi. Keringkan bayi anda dengan handuk kering lembut dan bersih. Selalu pastikan dia tertutup. Pastikan bayi anda selalu hangat dan kering dengan menyelimutinya dengan handuk bersih setelah dimandikan.



[+/-] Read More/Selengkapnya...

DOWNLOAD ASKEP LENGKAP SILAHKAN KLIK LINK DIBAWAH INI
ASKEP LENGKAP

Terima Kasih Telah Download,
ingin download askep lebih banyak silahkan klik Download Askep
Kami sangat berterima kasih jika pengunjung bersedia Klik Iklan yang ada

INGIN BERBISNIS SEPERTI SAYA SILAHKAN KLIK BANNER DIBAWAH INI

Manfaatkan BLOG ANDA

Controlling Anger

Anger is an emotional state caused by a real or perceived grievance (a cause of distress). You can be angry with other people, events and even yourself.


Physical conditions such as hunger, fatigue, pain, hormonal imbalances and even sexual frustration can cause levels of anger to become elevated. Some even feel that genetic predisposition can cause some people to be angrier than others. Getting angry not only affects you emotionally, but physically as well. Your blood pressure increases, you have an increased level of adrenaline in your bloodstream and your heart beats faster. These are all natural responses to threats. It goes back to the basic fight or flight response that is programmed into each of us.

So, can we control our anger? The answer to that question is an overwhelming yes. With some basic techniques you can learn to manage your own anger levels. That's not to say that you shouldn't get angry at all. Many injustices and our own values give us valid reasons to become angry. What it does mean, though, is that you can control what angers you and how you respond.

The first step in taking command of your anger is to change your thinking. Believe it or not, changing some of your beliefs and expectations can decrease your anger immensely. When you expect people, including yourself, to behave a certain way and a different behavior surfaces, this can cause a great amount of anger. Perfectionist thinking causes a tremendous amount of anger as well. So instead of expecting people to be flawless, give them a break, and give yourself one, too. If you don't anticipate a perfect situation you won't be angry when it doesn't pan out.

Another way to help dissolve anger is to stop thinking in terms of always and never. Nothing is black or white; all or nothing. Everything is somewhere in between. If you get into the habit of thinking this way, you are less likely to become angry over any given situation. Of course, some situations are bound to cause anger, especially if you feel that something is unjust. But it is up to you how angry you get over any situation. You can be incensed or your can become enraged, but it is in your control.

A final way to prevent anger is don't jump to conclusions. This can be one of the biggest causes of anger. Learn to talk out a situation instead of assuming you know the answer. No one is a mind reader. If you ask for clarification in a given situation you may be surprised to find out you misread the other person and their intentions. This can diffuse anger very quickly.

Remember, how you feel about any given situation is up to you and you alone. It stems back to your beliefs, values and expectations. Alter those and you can alter your anger levels.

[+/-] Read More/Selengkapnya...

DOWNLOAD ASKEP LENGKAP SILAHKAN KLIK LINK DIBAWAH INI
ASKEP LENGKAP

Terima Kasih Telah Download,
ingin download askep lebih banyak silahkan klik Download Askep
Kami sangat berterima kasih jika pengunjung bersedia Klik Iklan yang ada

INGIN BERBISNIS SEPERTI SAYA SILAHKAN KLIK BANNER DIBAWAH INI

Manfaatkan BLOG ANDA

PROSTAT CANCER

The prostate is a gland that is involved in the male reproductive system. When cells of the prostate begin to grow too rapidly and become out of control, a disease develops that is called prostate cancer. In addition to forming masses in the prostate, prostate cancer has the ability to metastasize and spread to other parts of the body, including the bones and lymph nodes. Common symptoms of prostate cancer include difficulty urinating, pain, problems during sex and erectile dysfunction.

Rates of prostate cancer vary around the world. However, prostate cancer is most common in the United States. It generally occurs in men over the age of 50, and is one of the most common forms of cancer for males. In many cases, however, it can cause no symptoms and will also not negatively impact a man's health. rostate cancer is usually detected by a blood test called a PSA screen, which looks for a specific compound called Prostate Specific Antigen. Then, the prostate is biopsied and the tissue sample is examined under a microscope.

In general, if prostate cancer is causing discomfort or is considered to be a risk for a patient's health, there are two main treatment options. The first is surgery. A surgeon will take out the tumor and the surrounding tissue and the edges of the removed tissue will be examined to make sure that the cancer has not spread. The other option is radiation therapy, in which carefully controlled bursts of radiation will be directed at the prostate. Radiation kills cells that are dividing and, since cancer cells grow and divide very rapidly, the cancerous cells will be the most affected

[+/-] Read More/Selengkapnya...

DOWNLOAD ASKEP LENGKAP SILAHKAN KLIK LINK DIBAWAH INI
ASKEP LENGKAP

Terima Kasih Telah Download,
ingin download askep lebih banyak silahkan klik Download Askep
Kami sangat berterima kasih jika pengunjung bersedia Klik Iklan yang ada

INGIN BERBISNIS SEPERTI SAYA SILAHKAN KLIK BANNER DIBAWAH INI

Manfaatkan BLOG ANDA

Prventing Exercise Injury

How Can I Protect Myself From Sports Injuries?

Consider this: In one year, an estimated 17 million Americans will sustain a sports injury.

You never go in-line skating without your wrist guards, knee pads and helmet. You faithfully wear your goggles on the racquetball court, and you stretch like a fanatic, yet you still get sidelined by injuries. What's going on?

Although safety precautions are indispensable, there's more to staying injury-free than cushioning your falls, avoiding flying projectiles and keeping your muscles limber. Athletes often overlook measures that can protect them from problems like sore knees and sprained ankles. There's no sure way to take the "ouch" out of sports, but the following advice can definitely help you stay in the game. Here are some tips for preventing the most common aches and pains.



Overuse Injuries

Many people associate sports injuries with suddenly snapped bones and ripped tendons, but in non-contact sports, the vast majority of injuries come on gradually. Stress that builds over weeks or months can cause aching kneecaps, stress fractures, shin splints, pulled muscles, strained hamstrings, tenderness in the Achilles tendon or burning pain in the heel. These problems strike most athletes at one time or another. Doctors call them "overuse injuries," but you don't necessarily have to work out extra hard or long to get them. Worn-out shoes, uneven running surfaces and quirks of body structure can contribute to pushing your muscles, tendons and bones past their limits.

Some tips for preventing overuse injuries:

Don't push through pain. Real discomfort is a signal that something's wrong, or that you're asking more from a part of your body than it can provide at the moment.

Increase your workouts gradually. If you're a runner, don't bump up your mileage by more than 10 percent per week.

Don't run more than 45 miles per week. Running farther than that doesn't pay off: It probably won't improve your stamina, and it definitely increases your risk of injury.

Run on soft, flat surfaces.

Alternate hard training days with easy days.

Get new running shoes every 500 miles. With use, shoes lose their ability to absorb shock.

If you pronate (the inside of your foot leans in) or have another alignment problem, you may be able to prevent injury by wearing an over-the-counter shoe insert. Ask your health-care provider if such inserts might work for you.

Women should make sure they're getting enough calcium, whether from their diet or from supplements. Stress fractures are 10 times more common in women than in men. Improve your odds of avoiding them by making sure you get enough of the minerals and vitamins crucial to building bone.

Women who have irregular periods should be especially concerned about stress fractures. If this applies to you, talk to your health-care provider.

Ankle sprains may be the most common sports injury not caused by overuse. If ankle sprains are a common problem for you, check with your health-care provider. She may recommend some ankle strengthening or lace-up stabilizers. These devices are particularly important if you lack strength, flexibility or good balance, all of which can help you avoid injury (see below). By the way, a recent study at the University of Oklahoma found that--contrary to popular belief--high-top shoes didn't lower the risk of ankle sprains.



Can Certain Stretches or Other Exercises Lower the Odds of an Overuse Injury?

Stretching before and after working out is important. Stretching helps you to increase range of motion and prepare for activity, but according to recent reports in Sports Medicine and the American Journal of Sports Medicine, there's no clear evidence that it will prevent overuse injuries. To ward off these injuries and help existing injuries heal, exercises that actually strengthen your muscles will be far more effective than those that simply stretch them.

Some strengthening moves that can help prevent common overuse injuries:

Pain around the kneecap
Check with your health-care provider if you routinely have pain around the kneecap. If the front of your knee hurts when you climb stairs and stiffens up during long periods of rest, your kneecap is probably being tugged out of its groove during your workouts. Your health-care provider may recommend strengthening your inner thigh muscles, which tend to be weak in relation to the outer ones. If your health-care provider approves, try this exercise: Stand with your back against a wall and your feet 6 to 8 inches from the wall. Hold the position for about 10 seconds, or until the tops of your thighs become tired. Stand up straight to let your muscles recover for a moment. Try doing 10 repetitions each day.

Sore shoulder
Swimmers, tennis players, weight lifters and others who repeatedly raise their arms over their heads often feel pain in the front or side of a shoulder. To prevent that problem, work on strengthening the muscles in your rotator cuff, the muscles in the shoulder that connect to the arm bone. Here's a simple exercise you can try. Do a simple shoulder shrug: Lift both shoulders as high as you can, squeeze them together and relax. Work up to 25 shrugs twice a day. (See your health-care provider, of course, if you suffer from regular shoulder pain.)

Hamstring pull
To help prevent hamstring injuries, try this exercise: To strengthen the hamstring, lie on your stomach, pull in your abdominals to protect your lower back, engage your thigh muscles and slowly lift one leg. Keep it in the air for 2 seconds, then carefully lower it and relax your thigh muscles. Try three sets of 10 repetitions each day with each leg.

Strained Achilles tendon
The Achilles takes a pounding during running and aerobics classes, especially if your calves are too weak to carry their share of the load. To strengthen your calves, stand up straight, raise yourself onto the balls of your feet, then slowly lower. Keep it up until your calves tire. Repeat this routine twice a day.



Are There Exercises That Can Help Prevent Ankle Sprains?


Strength, flexibility and good balance make an ankle sprain less likely, and you can enhance all of these qualities through stretches and exercises.

Calf stretch
Experts say performing this stretch on each leg before and after a workout session can reduce the severity of any future ankle sprain. Face a wall with one leg slightly forward and one slightly back. With your front leg bent at the knee and your back leg straight, put your hands on the wall and lean forward, keeping your back heel on the floor. Keep leaning until you feel the calf in your back leg extend slightly. Hold the position for 15 to 30 seconds. Then, with both heels planted on the floor, slightly bend your back leg and hold the position for another 15 to 30 seconds. This shifts the focus within your calf, so you stretch the entire area.

Ankle exercises
Completing three sets of these exercises every other day--10 to 15 repetitions per set--can make your ankles stronger and more stable. Don't forget to do both ankles. Take a 2-foot piece of tubing or rubber resistance band (available at sporting-goods or medical supply stores), and tie it into a loop. While sitting in a chair, secure one end of the loop around the leg of a heavy table or another solid object and put the other end around the top of your foot. You should be far enough from the grounded end of the loop for the tubing to be tightly stretched. With your heel on the floor, move your foot upward to the right and then upward to the left. Now stand with one end of the loop in your hand and the other end around the ball of your foot. Keeping your heel on the floor, lift the front of your foot and then press it down as if you were stepping on the gas, using the loop to provide resistance.


[+/-] Read More/Selengkapnya...

DOWNLOAD ASKEP LENGKAP SILAHKAN KLIK LINK DIBAWAH INI
ASKEP LENGKAP

Terima Kasih Telah Download,
ingin download askep lebih banyak silahkan klik Download Askep
Kami sangat berterima kasih jika pengunjung bersedia Klik Iklan yang ada

INGIN BERBISNIS SEPERTI SAYA SILAHKAN KLIK BANNER DIBAWAH INI

Manfaatkan BLOG ANDA

Askep Bronkitis Pada Anak

1. Pengertian
Secara harfiah bronkitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh inflamasi bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala yang utama dan dominan. Ini berarti bahwa bronkitis bukan penyakit yang berdiri sendiri melainkan bagian dari penyakit lain tetapi bronkitis ikut memegang peran.( Ngastiyah, 1997 )


Bronkitis berarti infeksi bronkus. Bronkitis dapat dikatakan penyakit tersendiri, tetapi biasanya merupakan lanjutan dari infeksi saluran peranpasan atas atau bersamaan dengan penyakit saluran pernapasan atas lain seperti Sinobronkitis, Laringotrakeobronkitis, Bronkitis pada asma dan sebagainya (Gunadi Santoso, 1994)
Sebagai penyakit tersendiri, bronkitis merupakan topik yang masih diliputi kontroversi dan ketidakjelasan di antara ahli klinik dan peneliti. Bronkitis merupakan diagnosa yang sering ditegakkan pada anak baik di Indonesia maupun di luar negeri, walaupun dengan patokan diagnosis yang tidak selalu sama.(Taussig, 1982; Rahayu, 1984)
Kesimpangsiuran definisi bronkitis pada anak bertambah karena kurangnya konsesus mengenai hal ini. Tetapi keadaan ini sukar dielakkan karena data hasil penyelidikan tentang hal ini masih sangat kurang.

2. Review Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan
Pernapasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Fungsi dari sistem pernapasan adalah untuk mengambil O2 yang kemudian dibawa oleh darah ke seluruh tubuh untuk mengadakan pembakaran, mengeluarkan CO2 hasil dari metabolisme .

a. Hidung
Merupakan saluran udara yang pertama yang mempunyai dua lubang dipisahkan oleh sekat septum nasi. Di dalamnya terdapat bulu-bulu untuk menyaring udara, debu dan kotoran. Selain itu terdapat juga konka nasalis inferior, konka nasalis posterior dan konka nasalis media yang berfungsi untuk mengahangatkan udara.

b. Faring
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan. Terdapat di bawah dasar pernapasan, di belakang rongga hidung, dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Di bawah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga di beberapa tempat terdapat folikel getah bening.

c. Laring
Merupakan saluran udara dan bertindak sebelum sebagai pembentuk suara. Terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya. Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian epiglottis yang dilapisi oleh sel epitelium berlapis.

d. Trakea
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 – 20 cincin yang terdiri dari tulang rawan yang berbentuk seperti tapal kuda yang berfungsi untuk mempertahankan jalan napas agar tetap terbuka. Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia, yang berfungsi untuk mengeluarkan benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernapasan.

e. Bronkus
Merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra thorakalis IV dan V. mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus kanan lebih besar dan lebih pendek daripada bronkus kiri, terdiri dari 6 – 8 cincin dan mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri terdiri dari 9 – 12 cincin dan mempunyai 2 cabang. Cabang bronkus yang lebih kecil dinamakan bronkiolus, disini terdapat cincin dan terdapat gelembung paru yang disebut alveolli.

f. Paru-paru
Merupakan alat tubuh yang sebagian besar dari terdiri dari gelembung-gelembung. Di sinilah tempat terjadinya pertukaran gas, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah.

3. Klasifkasi
a. Bronkitis Akut
Bronkitis akut pada bayi dan anak biasanya juga bersama dengan trakeitis, merupakan penyakit saluran napas akut (ISNA) yang sering dijumpai.

b. Bronkitis Kronik dan atau Batuk Berulang
Bronkitis Kronik dan atau berulang adalah kedaan klinis yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan gejala batuk yang berlangsung sekurang-kurangnya selama 2 minggu berturut-turut dan atau berulang paling sedikit 3 kali dalam 3 bulan dengan atau tanpa disertai gejala respiratorik dan non respiratorik lainnya (KONIKA, 1981). Dengan memakai batasan ini maka secara jelas terlihat bahwa Bronkitis Kronik termasuk dalam kelompok BKB tersebut. Dalam keadaan kurangnya data penyelidikan mengenai Bronkitis Kronik pada anak maka untuk menegakkan diagnosa Bronkitis Kronik baru dapat ditegakkan setelah menyingkirkan semua penyebab lainnya dari BKB.

4. Etiologi
Penyebab utama penyakit Bronkitis Akut adalah adalah virus. Sebagai contoh Rhinovirus Sincytial Virus (RSV), Infulenza Virus, Para-influenza Virus, Adenovirus dan Coxsakie Virus. Bronkitis Akut selalu terjadi pada anak yang menderita Morbilli, Pertusis dan infeksi Mycoplasma Pneumonia. Belum ada bukti yang meyakinkan bahwa bakteri lain merupakan penyebab primer Bronkitis Akut pada anak. Di lingkungan sosio-ekonomi yang baik jarang terdapat infeksi sekunder oleh bakteri. Alergi, cuaca, polusi udara dan infeksi saluran napas atas dapat memudahkan terjadinya bronkitis akut.
Sedangkan pada Bronkitis Kronik dan Batuk Berulang adalah sebagai berikut :

a. Spesifik
1) Asma
2) Infeksi kronik saluran napas bagian atas (misalnya sinobronkitis).
3) Infeksi, misalnya bertambahnya kontak dengan virus, infeksi mycoplasma, hlamydia, pertusis, tuberkulosis, fungi/jamur.
4) Penyakit paru yang telah ada misalnya bronkietaksis.
5) Sindrom aspirasi.
6) Penekanan pada saluran napas
7) Benda asing
8) Kelainan jantung bawaan
9) Kelainan sillia primer
10) Defisiensi imunologis
11) Kekurangan anfa-1-antitripsin
12) Fibrosis kistik
13) Psikis

b. Non-spesifik
1. Asap rokok
2. Polusi udara
3. Patofisiologi

c. Virus
(penyebab tersering infeksi) - Masuk saluran pernapasan - Sel mukosa dan sel silia - Berlanjut - Masuk saluran pernapasan(lanjutan) - Menginfeksi saluran pernapasan - Bronkitis - Mukosa membengkak dan menghasilkan lendir - Pilek 3 – 4 hari - Batuk (mula-mula kering kemudian berdahak) - Riak jernih - Purulent - Encer - Hilang - Batuk - Keluar - Suara ronchi basah atau suara napas kasar - Nyeri subsernal - Sesak napas - Jika tidak hilang setelah tiga minggu - Kolaps paru segmental atau infeksi paru sekunder (pertahanan utama) (Sumber : dr.Rusepno Hasan, Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak, 1981)

6. Tanda dan gejala
Menurut Gunadi Santoso dan Makmuri (1994), tanda dan gejala yang ada yaitu :
- Biasanya tidak demam, walaupun ada tetapi rendah
- Keadaan umum baik, tidak tampak sakit, tidak sesak
- Mungkin disertai nasofaringitis atau konjungtivitis
- Pada paru didapatkan suara napas yang kasar
Menurut Ngastiyah (1997), yang perlu diperhatikan adalah akibat batuk yang lama, yaitu :
- Batuk siang dan malam terutama pada dini hari yang menyebabkan klien murang istirahat
- Daya tahan tubuh klien yang menurun
- Anoreksia sehingga berat badan klien sukar naik
- Kesenangan anak untuk bermain terganggu
- Konsentrasi belajar anak menurun

7. Komplikasi
a. Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronik
b. Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi kurang dapat
terjadi Othithis Media, Sinusitis dan Pneumonia
c. Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi
d. Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasisi atau Bronkietaksis

8. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto Thorax : Tidak tampak adanya kelainan atau hanya hyperemia
b. Laboratorium : Leukosit > 17.500.

9. Penatalaksanaan
a. Tindakan Perawatan
Pada tindakan perawatan yang penting ialah mengontrol batuk dan mengeluarakan lendir
- Sering mengubah posisi
- Banyak minum
- Inhalasi
- Nebulizer
- Untuk mempertahankan daya tahan tubuh, setelah anak muntah dan tenang perlu
diberikan minum susu atau makanan lain

b. Tindakan Medis
- Jangan beri obat antihistamin berlebih
- Beri antibiotik bila ada kecurigaan infeksi bakterial
- Dapat diberi efedrin 0,5 – 1 mg/KgBB tiga kali sehari
- Chloral hidrat 30 mg/Kg BB sebagai sedatif

10. Pencegahan
Menurut Ngastiyah (1997), untuk mengurangi gangguan tersebut perlu diusahakan agar batuk tidak bertambah parah.
- Membatasi aktivitas anak
- Tidak tidur di kamar yang ber AC atau gunakan baju dingin, bila ada yang tertutup lehernya
- Hindari makanan yang merangsang
- Jangan memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore, dan mandikan anak dengan air hangat
- Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan
- Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi

[+/-] Read More/Selengkapnya...

DOWNLOAD ASKEP LENGKAP SILAHKAN KLIK LINK DIBAWAH INI
ASKEP LENGKAP

Terima Kasih Telah Download,
ingin download askep lebih banyak silahkan klik Download Askep
Kami sangat berterima kasih jika pengunjung bersedia Klik Iklan yang ada

INGIN BERBISNIS SEPERTI SAYA SILAHKAN KLIK BANNER DIBAWAH INI

Manfaatkan BLOG ANDA

GANGGUAN PENCERNAAN, PENYEBAB UTAMA KESULITAN MAKAN PADA ANAK

Pemberian makan pada anak memang sering menjadi masalah buat orangtua atau pengasuh anak. Keluhan tersebut sering dikeluhkan orang tua kepada dokter yang merawat anaknya. Faktor kesulitan makan pada anak inilah yang sering dialami oleh sekitar 25% pada usia anak, jumlah akan meningkat sekitar 40-70% pada anak yang lahir prematur atau dengan penyakit kronik. Hal ini pulalah yang sering membuat masalah tersendiri bagi orang tua, bahkan dokter yang merawatnya. Penelitian yang dilakukan di Jakarta menyebutkan pada anak prasekolah usia 4-6 tahun, didapatkan prevalensi kesulitan makan sebesar 33,6%. Sebagian besar 79,2% telah berlangsung lebih dari 3 bulan

Kesulitan makan karena sering dan berlangsung lama sering dianggap biasa. Sehingga akhirnya timbul komplikasi dan gangguan tumbuh kembang lainnya pada anak. Salah satu keterlambatan penanganan masalah tersebut adalah pemberian vitamin tanpa mencari penyebabnya sehingga kesulitan makan tersebut terjadi berkepanjangan. Akhirnya orang tua berpindah-pindah dokter dan berganti-ganti vitamin tapi tampak anak kesulitan makannya tidak membaik. Sering juga terjadi bahwa kesulitan makan tersebut dianggap dan diobati sebagai infeksi tuberkulosis yang belum tentu benar diderita anak.

Dengan penanganan kesulitan makan pada anak yang optimal diharapkan dapat mencegah komplikasi yang ditimbulkan, sehingga dapat meningkatkan kualitas anak Indonesia dalam menghadapi persaingan di era globalisasi mendatang khususnya. Tumbuh kembang dalam usia anak sangat menentukan kualitas seseorang bila sudah dewasa nantinya.

GEJALA SUATU PENYAKIT
Kesulitan makan bukanlah diagnosis atau penyakit, tetapi merupakan gejala atau tanda adanya penyimpangan, kelainan dan penyakit yang sedang terjadi pada tubuh anak. Pengertian kesulitan makan adalah jika anak tidak mau atau menolak untuk makan, atau mengalami kesulitan mengkonsumsi makanan atau minuman dengan jenis dan jumlah sesuai usia secara fisiologis (alamiah dan wajar), yaitu mulai dari membuka mulutnya tanpa paksaan, mengunyah, menelan hingga sampai terserap dipencernaan secara baik tanpa paksaan dan tanpa pemberian vitamin dan obat tertentu. Gejala kesulitan makan pada anak (1). Kesulitan mengunyah, menghisap, menelan makanan atau hanya bisa makanan lunak atau cair, (2) Memuntahkan atau menyembur-nyemburkan makanan yang sudah masuk di mulut anak, (3).Makan berlama-lama dan memainkan makanan, (4) Sama sekali tidak mau memasukkan makanan ke dalam mulut atau menutup mulut rapat, (5) Memuntahkan atau menumpahkan makanan, menepis suapan dari orangtua, (6). Tidak menyukai banyak variasi makanan dan (7), Kebiasaan makan yang aneh dan ganjil.

PENYEBAB UTAMA KESULITAN MAKAN
Penyebab kesulitan makanan itu sangatlah banyak. Semua gangguan fungsi organ tubuh dan penyakit bisa berupa adanya kelainan fisik, maupun psikis dapat dianggap sebagai penyebab kesulitan makan pada anak. Kelainan fisik dapat berupa kelainan organ bawaan atau infeksi bawaan sejak lahir dan infeksi didapat dalam usia anak.

Secara umum penyebab umum kesulitan makan pada anak dibedakan dalam 3 faktor, diantaranya adalah hilang nafsu makan, gangguan proses makan di mulut dan pengaruh psikologis. Beberapa faktor tersebut dapat berdiri sendiri tetapi sering kali terjadi lebih dari 1 faktor. Penyebab paling sering adalah hilangnya nafsu makan, diikuti gangguan proses makan. Sedangkan faktor psikologis yang dulu dianggap sebagai penyebab utama, mungkin saat mulai ditinggalkan atau sangat jarang.

Pengaruh hilang atau berkurangnya nafsu makan tampaknya merupakan penyebab utama masalah kesulitan makan pada anak. Pengaruh nafsu makan ini bisa mulai dari yang ringan (berkurang nafsu makan) hingga berat (tidak ada nafsu makan). Tampilan gangguan yang ringan berupa minum susu botol sering sisa, waktu minum ASI berkurang (sebelumnya 20 menit menjadi 10 menit), makan sering sisa atau hanya sedikit atau mengeluarkan dan menyembur-nyemburkan makanan di mulut. Sedangkan gangguan yang lebih berat tampak anak menutup rapat mulutnya atau tidak mau makan dan minum sama sekali. Berkurang atau hilangnya nafsu makan ini sering diakibatkan karena gangguan fungsi saluran cerna.

Gangguan fungsi pencernaan tersebut kadang tampak ringan seperti tidak ada gangguan. Tanda dan gejala yang menunjukkan adanya gangguan tersebut adalah perut kembung, sering “cegukan”, sering buang angin, sering muntah atau seperti hendak muntah bila disuapin makan. Gampang timbul muntah terutama bila menangis, berteriak, tertawa, berlari atau bila marah. Sering nyeri perut sesasaat, bersifat hilang timbul. Sulit buang air besar (bila buang air besar ”ngeden”, tidak setiap hari buang air besar, atau sebaliknya buang air besar sering (>2 kali/perhari). Kotoran tinja berwarna hitam atau hijau, berbentuk keras, bulat (seperti kotoran kambing) atau cair disertai bentuk seperti biji lombok, pernah ada riwayat berak darah. Gangguan tidur malam : malam rewel, kolik, tiba-tiba mengigau atau menjerit, tidur bolak balik dari ujung ke ujung lain tempat tidur. Lidah tampak kotor, berwarna putih serta air liur bertambah banyak atau mulut berbau

Gangguan saluran cerna biasanya disertai kulit yang sensitif. Sering timbul bintik-bintik kemerahan seperti digigit nyamuk atau serangga, biang keringat, kulit berwarna putih (seperti panu) di wajah atau di bagian badan lainnya. Saat bayi sering timbul gangguan kulit di pipi, sekitar mulut, sekitar daerah popok dan sebagainya.

Tanda dan gejala tersebut di atas sering dianggap biasa karena sering terjadi pada banyak anak. Padahal bila di amati secara cermat tanda dan gejala tersebut merupakan manifestasi adanya gangguan pencernaan, yang sangat mungkin berkaitan dengan kesulitan makan pada anak.

GANGGUAN PROSES MAKAN DI MULUT
Proses makan terjadi mulai dari memasukkan makan dimulut, mengunyah dan menelan. Ketrampilan dan kemampuan koordinasi pergerakan motorik kasar di sekitar mulut sangat berperanan dalam proses makan tersebut. Pergerakan morik tersebut berupa koordinasi gerakan menggigit, mengunyah dan menelan dilakukan oleh otot di rahang atas dan bawah, bibir, lidah dan banyak otot lainnya di sekitar mulut. Gangguan proses makan di mulut tersebut seringkali berupa gangguan mengunyah makanan.

Tampilan klinis gangguan mengunyah adalah keterlambatan makanan kasar tidak bisa makan nasi tim saat usia 9 bulan, belum bisa makan nasi saat usia 1 tahun, tidak bisa makan daging sapi (empal) atau sayur berserat seperti kangkung. Bila anak sedang muntah dan akan terlihat tumpahannya terdapat bentukan nasi yang masih utuh. Hal ini menunjukkan bahwa proses mengunyah nasi tersebut tidak sempurna. Tetapi kemampuan untuk makan bahan makanan yang keras seperti krupuk atau biskuit tidak terganggu, karena hanya memerlukan beberapa kunyahan. Gangguan koordinasi motorik mulut ini juga mengakibatkani kejadian tergigit sendiri bagian bibir atau lidah secara tidak sengaja.

Kelainan lain yang berkaitan dengan koordinasi motorik mulut adalah keterlambatan bicara dan gangguan bicara (cedal, gagap, bicara terlalu cepat sehingga sulit dimengerti). Gangguan motorik proses makan ini biasanya disertai oleh gangguan keseimbangan dan motorik kasar lainnya seperti tidak mengalami proses perkembangan normal duduk, merangkak dan berdiri. Sehingga terlambat bolak-balik (normal usia 4 bulan), terlambat duduk merangkak (normal 6-8 bulan) atau tidak merangkak tetapi langsung berjalan, keterlambatan kemampuan mengayuh sepeda (normal usia 2,5 tahun), jalan jinjit, duduk bersimpuh leter “W”. Bila berjalan selalu cepat, terburu-buru seperti berlari, sering jatuh atau menabrak, sehingga sering terlambat berjalan. Ciri lainnya biasanya disertai gejala anak tidak bisa diam, mulai dari overaktif hingga hiperaktif. Mudah marah serta sulit berkonsentrasi, gampang bosan dan selalu terburu-buru.

Gangguan saluran pencernaan tampaknya merupakan faktor penyebab terpenting dalam gangguan proses makan di mulut. Hal ini dapat dijelaskan bahwa dengan teori ”Gut Brain Axis”. Teori ini menunjukkan bahwa bila terdapat gangguan saluran cerna maka mempengaruhi fungsi susunan saraf pusat atau otak. Gangguan fungsi susunan saraf pusat tersebut berupa gangguan neuroanatomis dan neurofungsional. Salah satu manifestasi klinis yang terjadi adalah gangguan koordinasi motorik kasar mulut.

Kelainan bawaan adalah gangguan fungsi organ tubuh atau kelainan anatomis organ tubuh yang terjadi sejak pembentukan organ dalam kehamilan.Diantaranya adalah kelainan mulut, tenggorok, dan esofagus: sumbing, lidah besar, tenggorok terbelah, fistula trakeoesofagus, atresia esofagus, Laringomalasia, trakeomalasia, kista laring, tumor, tidak ada lubang hidung, serebral palsi, kelainan paru, jantung, ginjal dan organ lainnya sejak lahir atau sejak dalam kandungan.

Bila fungsi otak tersebut terganggu maka kemampuan motorik untuk makan akan terpengaruh. Gangguan fungsi otak tersebut dapat berupa infeksi, kelainan bawaan atau gangguan lainnya seperti serebral palsi, miastenia gravis, poliomielitis.. Bila kelainan susunan saraf pusat ini terjadi karena kelainan bawaan sejak lahir biasanya disertai dengan gangguan motorik atau gangguan perilaku dan perkembangan lainnya.

GANGGUAN PSIKOLOGIS
Gangguan psikologis dahulu dianggap sebagai penyebab utama kesulitan makan pada anak. Tampaknya hal ini terjadi karena dahulu kalau kita kesulitan dalam menemukan penyebab kesulitan makan pada anak maka gangguan psikologis dianggap sebagai diagnosis keranjang sampah untuk mencari penyebab kesulitan makan pada anak. Untuk memastikan gangguan psikologis sebagai penyebab utama kesulitan makan pada anak harus dipastikan tidak adanya kelainan organik pada anak. Kemungkinan lain yang sering terjadi, gangguan psikologis memperberat masalah kesulitan makan yang memang sudah terjadi sebelumnya.

Gangguan pskologis bisa dianggap sebagai penyebab bila kesulitan makan itu waktunya bersamaan dengan masalah psikologis yang dihadapi. Bila faktor psikologis tersebut membaik maka gangguan kesulitan makanpun akan membaik. Untuk memastikannya kadang sulit, karena dibutuhkan pengamatan yang cermat dari dekat dan dalam jangka waktu yang cukup lama. Karenanya hal tersebut hanya mungkin dilakukan oleh orang tua bekerjasama dengan psikater atau psikolog.

Pakar psikologis menyebutkan sebab meliputi gangguan sikap negatifisme, menarik perhatian, ketidak bahagian atau perasaan lain pada anak, kebiasaan rewel pada anak digunakan sebagai upaya untuk mendapatkan yang sangat diinginkannya, sedang tertarik permainan atau benda lainya, meniru pola makan orang tua atau saudaranya reaksi anak yang manja.

Beberapa aspek psikologis dalam hubungan keluarga, baik antara anak dengan orang tua, antara ayah dan ibu atau hubungan antara anggota keluarga lainnya dapat mempengaruhi kondisi psikologis anak. Misalnya bila hubungan antara orang tua yang tidak harmonis, hubungan antara anggota keluarga lainnya tidak baik atau suasana keluarga yang penuh pertentangan, permusuhan atau emosi yang tinggi akan mengakibatkan anak mengalami ketakutan, kecemasan, tidak bahagia, sedih atau depresi. Hal itu mengakibatkan anak tidak aman dan nyaman sehingga bisa membuat anak menarik diri dari kegiatan atau lingkungan keluarga termasuk aktifitas makannya

Sikap orang tua dalam hubungannya dengan anak sangat menentukan untuk terjadinya gangguan psikologis yang dapat mengakibatkan gangguan makan. Beberapa hal tersebut diantaranya adalah : perlindungan dan perhatian berlebihan pada anak, orang tua yang pemarah, stress dan tegang terus menerus, kurangnya kasih sayang baik secara kualitas dan kuantitas, urangnya pengertian dan pemahaman orang tua terhadap kondisi psikologis anak, hubungan antara orang tua yang tidak harmonis, sering ada pertengkaran dan permusuhan.

SERING OVERDIAGNOSIS PENYAKIT TUBERKULOSIS
Penyakit TBC sering dianggap biang keladi penyebab utama kesulitan makan pada anak. Diagnosis pasti TBC anak sulit oleh karena penemuan kuman Micobacterium TBC (M.TBC) pada anak tidak mudah. Cara-cara lain untuk pemeriksaan laboratorium darah secara bakteriologis atau serologis masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk dapat dipakai secara praktis - klinis.

Karena kesulitan diagnosis tersebut sering terjadi overdiagnosis atau underdiagnosis. Overdiagnosis artinya diagnosis TBC yang diberikan pada anak oleh dokter terlalu berlebihan atau terlalu cepat mendiagnosis dengan data yang minimal walaupun anak belum tentu menderita TBC.

Apabila terjadi overdiagnosis TBC pada anak terdapat konsekuensi yang tidak ringan dihadapi oleh si anak, karena anak harus mengkonsumsi 2 atau 3 obat sekaligus minimal 6 bulan. Bahkan kadangkala diberikan lebih lama apabila dokter menemukan tidak ada perbaikan klinis. Padahal obat TBC dalam jangka waktu lama beresiko mengganggu fungsi hati,persyarafan telinga dan organ tubuh lainnya.

Sering terjadi anak dengan keluhan alergi pernapasan atau gangguan pencernaan kronis (seperti coeliac dsbnya) yang disertai berat badan yang kurang dan sulit makan diobati sebagai penyakit Tuberkulosis (TBC) paru yang harus minum obat selama 6 bulan hingga 1 tahun. Padahal belum tentu anak tersebut mengidap penyakit tuberculosis. Bahkan orang tua heran saat anaknya divonis dokter mengidap penyakit TBC padahal tidak ada seorangpun di rumah yang mengalami penyakit TBC. Overdiagnosis dan overtreatment pada anak dengan gejala alergi tersebut sering terjadi karena keluhan alergi dan TBC hampir sama, sementara mendiagnosis penyakit TBC tidaklah mudah.

Diagnosis Tuberkulosis anak menurut Pertemuan Dokter Anak pulmunologi tahun 2000 harus dengan pengamatan seksama tentang adanya : Gejala klinis, kontak erat serumah penderita TBC (dipastikan dengan dengan pemeriksaan dahak positif), pemeriksaan yang harus dilakukan adalah Foto polos dada (roentgen), tes mantouxt (positif : > 15mm bila sudah BCG, Positif > 10 mm bila belum BCG). Sering terjadi hanya dengan melakukan pemeriksaan satu jenis pemeriksaan saja, anak sudah divonis dengan penyakit TBC. Seharusnya pemeriksaan harus dilakukan secara lengkap dan teliti seperti di atas. Karena sulitnya mendiagnosis TBC pada anak dan kosekuensi lamanya pengobatan maka bila meragukan lebih baik dikonsultasikan atau dikonfirmasikan ke Dokter Spesialis Paru Anak (Pulmonologi Anak). Ciri lain yang menunjukkan kemungkinan anak sudah mengalami gangguan saluran cerna secara genetik atau sejak lahir dan bhuka penyakit TBC adalah anak sejak lahir beratnya tidak pernah optimal dan biasanya salah satu orangtuanya mempunyai berat badan yang kurus saat usia anak.

KOMPLIKASI KESULITAN MAKAN
Peristiwa kesulitan makan yang terjadi pada penderita Autis biasanya berlangsung lama. Komplikasi yang bisa ditimbulkan adalah gangguan asupan gizi seperti kekurangan kalori, protein, vitamin, mineral dan anemia (kurang darah). Defisiensi zat gizi ini ternyata juga akan memperberat masalah gangguan metabolisme dan gangguan fungsi tubuh lainnya yang terjadi pada penderita Autis. Keadaan ini tentunya akan menghambat beberapa upaya penanganan dan terapi yang sudah dilakukan selama ini.

Kekurangan kalori dan protein yang terjadi tentunya akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada penderita Autis. Tampilan klinis yang dapat dilihat adalah kegagalan dalam peningkatan berat badan atau tinggi badan. Dalam keadaan normal anak usia di atas 2 tahun seharusnya terjadi peningkatan berat badan 2 kilogram dalam setahun. Pada penderita kesulitan makan sering terjadi kenaikkan berat badan terjadi agak susah bahkan terjadi kecenderunagn tetap dalam keadaan yang cukup lama.

PENANGANAN KESULITAN MAKAN PADA ANAK
Beberapa langkah yang dilakukan pada penatalaksanaan kesulitan makan pada anak yang harus dilakukan adalah : (1). Pastikan apakah betul anak mengalami kesulitan makan Cari penyebab kesulitan makanan pada anak, (2). Identifikasi adakah komplikasi yang terjadi, (3) Pemberian pengobatan terhadap penyebab, (4). Bila penyebabnya gangguan saluran cerna (seperti alergi, intoleransi atau coeliac), hindari makanan tertentu yang menjadi penyebab gangguan.

Gangguan fungsi pencernaan kronis pada anak tampaknya sebagai penyebab paling penting dalam kesulitan makan. Gangguan fungsi saluran cerna kronis yang terjadi seperti alergi makanan, intoleransi makanan, penyakit coeliac dan sebagainya. Reaksi simpang makanan tersebut tampaknya sebagai penyebab utama gangguan-gangguan tersebut. Hal ini bisa dilihat dengan timbulnya permasalahan kesulitan makan ini terbanyak saat usia di atas 6 bulan ketika mulai diperkenalkannya variasi makanan tambahan baru. Penelitian yang dilakukan di Picky Eater Clinic Jakarta menunjukkan, setelah dilakukan penghindaran makanan tertentu pada 218 anak dengan kesulitan makan dengan gangguan intoleransi makanan, alergi makanan, penyakit coeliac, Setelah dilakukan penghindaran makanan selama 3 minggu, tampak perbaikan kesulitan makan sejumlah 78% pada minggu pertama, 92% pada minggu ke dua dan 96% pada minggu ketiga. Gangguan saluran cerna juga tampak membaik sekitar 84% dan 94% penderita antara minggu pertama dan ketiga. Tetapi perbaikan gangguan mengunyah dan menelan hanya bisa diperbaiki sekitar 30%. Mungkin gangguan ini akan membaik maksimal seiring dengan pertambahan usia.

Penanganan dalam segi neuromotorik dapat melalui pencapaian tingkat kesadaran yang optimal dengan stimulasi sistem multisensoris, stimulasi kontrol gerak oral dan refleks menelan, teknik khusus untuk posisi yang baik. Penggunaan sikat gigi listrik dan minum dengan sedotan kadang membantu memperbaiki masalah ini. Aktifitas meniup balon atau harmonika dan senam mulut dengan gerakan tertentu juga sering dianjurkan untuk gangguan ini.

Pemberian suplemen vitamin atau obat tertentu sering diberikan pada kasus kesulitan makan pada anak. Tindakan ini bukanlah cara terbaik untuk menyelesaikan masalah, bila tidak disertai dengan mencari penyebabnya. Kadangkala pemberian vitamin atau obat-obatan justru menutupi penyebab gangguan tersebut, kalau penyebabnya tidak tertangani tuntas maka keluhan tersebut terus berulang. Bila penyebabnya tidak segera terdeteksi maka anak akan tergantung dengan pemberian vitamin tersebut Bila kita tidak waspada terdapat beberapa akibat dari pemberian obat-obatan dan vitamin dalam jangka waktu yang lama.

Selain mengatasi penyebab kesulitan makan sesuai dengan penyebab, harus ditunjang dengan cara pemberian makan yang sesuai untuk anak dengan kesulitan makan pada anak. Karena anak dengan gangguan makan kebiasaan dan perilaku makannya berbeda dengan anak yang sehat lainnya. Kesulitan makan disertai gangguan fungsi saluran cerna biasanya terjadi jangka panjang, dan sebagian akan berkurang pada usia tertentu. Gangguan alergi makanan akan membaik setelah usia setelah usia 5-7 tahun. Tetapi pada kasus penyakit coeliac atau intoleransi makanan terjadi dalam waktu yang lebih lama bahkan tidak sedikit yang terjadi hingga dewasa.
artikel ini ditulis oleh :

Dr Widodo Judarwanto SpA
ALLERGY BEHAVIOUR CLINIC – PICKY EATERS CLINIC (Klinik Khusus Kesulitan makan pada Anak)
JL Rawasari Selatan 50, Cempaka Putih Jakarta Pusat
Jl Taman Bendungan Asahan 5 Bendungan Hilir Jakarta Pusat
Rumah Sakit Bunda Jakarta

DAFTAR PUSTAKA
1.Motala, C: New perspectives in the diagnosis of food allergy. Current Allergy and Clinical Immunology, September/October 2002, Vol 15, No. 3: 96-100
2.Opper FH, Burakoff R. Food allergy and intolerance. Gastroenterologist. 1993;1(3):211-220.
3.Carruth BR, Ziegler PJ, Gordon A, Barr SI.. Prevalence of picky eaters among infants and toddlers and their caregivers’ decisions about offering a new food. J Am Diet Assoc. 2004 Jan;104(1 Suppl 1):s57-64.
4.Solihin Pujiadi. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Balai penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 1993


[+/-] Read More/Selengkapnya...

DOWNLOAD ASKEP LENGKAP SILAHKAN KLIK LINK DIBAWAH INI
ASKEP LENGKAP

Terima Kasih Telah Download,
ingin download askep lebih banyak silahkan klik Download Askep
Kami sangat berterima kasih jika pengunjung bersedia Klik Iklan yang ada

INGIN BERBISNIS SEPERTI SAYA SILAHKAN KLIK BANNER DIBAWAH INI

Manfaatkan BLOG ANDA

askep bronkitis pada anak

1. Pengertian
Secara harfiah bronkitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh inflamasi bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala yang utama dan dominan. Ini berarti bahwa bronkitis bukan penyakit yang berdiri sendiri melainkan bagian dari penyakit lain tetapi bronkitis ikut memegang peran.( Ngastiyah, 1997 )

Bronkitis berarti infeksi bronkus. Bronkitis dapat dikatakan penyakit tersendiri, tetapi biasanya merupakan lanjutan dari infeksi saluran peranpasan atas atau bersamaan dengan penyakit saluran pernapasan atas lain seperti Sinobronkitis, Laringotrakeobronkitis, Bronkitis pada asma dan sebagainya (Gunadi Santoso, 1994)
Sebagai penyakit tersendiri, bronkitis merupakan topik yang masih diliputi kontroversi dan ketidakjelasan di antara ahli klinik dan peneliti. Bronkitis merupakan diagnosa yang sering ditegakkan pada anak baik di Indonesia maupun di luar negeri, walaupun dengan patokan diagnosis yang tidak selalu sama.(Taussig, 1982; Rahayu, 1984)
Kesimpangsiuran definisi bronkitis pada anak bertambah karena kurangnya konsesus mengenai hal ini. Tetapi keadaan ini sukar dielakkan karena data hasil penyelidikan tentang hal ini masih sangat kurang.

2. Review Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan
Pernapasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Fungsi dari sistem pernapasan adalah untuk mengambil O2 yang kemudian dibawa oleh darah ke seluruh tubuh untuk mengadakan pembakaran, mengeluarkan CO2 hasil dari metabolisme .

a. Hidung
Merupakan saluran udara yang pertama yang mempunyai dua lubang dipisahkan oleh sekat septum nasi. Di dalamnya terdapat bulu-bulu untuk menyaring udara, debu dan kotoran. Selain itu terdapat juga konka nasalis inferior, konka nasalis posterior dan konka nasalis media yang berfungsi untuk mengahangatkan udara.

b. Faring
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan. Terdapat di bawah dasar pernapasan, di belakang rongga hidung, dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Di bawah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga di beberapa tempat terdapat folikel getah bening.

c. Laring
Merupakan saluran udara dan bertindak sebelum sebagai pembentuk suara. Terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya. Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian epiglottis yang dilapisi oleh sel epitelium berlapis.

d. Trakea
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 – 20 cincin yang terdiri dari tulang rawan yang berbentuk seperti tapal kuda yang berfungsi untuk mempertahankan jalan napas agar tetap terbuka. Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia, yang berfungsi untuk mengeluarkan benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernapasan.

e. Bronkus
Merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra thorakalis IV dan V. mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus kanan lebih besar dan lebih pendek daripada bronkus kiri, terdiri dari 6 – 8 cincin dan mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri terdiri dari 9 – 12 cincin dan mempunyai 2 cabang. Cabang bronkus yang lebih kecil dinamakan bronkiolus, disini terdapat cincin dan terdapat gelembung paru yang disebut alveolli.

f. Paru-paru
Merupakan alat tubuh yang sebagian besar dari terdiri dari gelembung-gelembung. Di sinilah tempat terjadinya pertukaran gas, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah.

3. Klasifkasi
a. Bronkitis Akut
Bronkitis akut pada bayi dan anak biasanya juga bersama dengan trakeitis, merupakan penyakit saluran napas akut (ISNA) yang sering dijumpai.

b. Bronkitis Kronik dan atau Batuk Berulang
Bronkitis Kronik dan atau berulang adalah kedaan klinis yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan gejala batuk yang berlangsung sekurang-kurangnya selama 2 minggu berturut-turut dan atau berulang paling sedikit 3 kali dalam 3 bulan dengan atau tanpa disertai gejala respiratorik dan non respiratorik lainnya (KONIKA, 1981). Dengan memakai batasan ini maka secara jelas terlihat bahwa Bronkitis Kronik termasuk dalam kelompok BKB tersebut. Dalam keadaan kurangnya data penyelidikan mengenai Bronkitis Kronik pada anak maka untuk menegakkan diagnosa Bronkitis Kronik baru dapat ditegakkan setelah menyingkirkan semua penyebab lainnya dari BKB.

4. Etiologi
Penyebab utama penyakit Bronkitis Akut adalah adalah virus. Sebagai contoh Rhinovirus Sincytial Virus (RSV), Infulenza Virus, Para-influenza Virus, Adenovirus dan Coxsakie Virus. Bronkitis Akut selalu terjadi pada anak yang menderita Morbilli, Pertusis dan infeksi Mycoplasma Pneumonia. Belum ada bukti yang meyakinkan bahwa bakteri lain merupakan penyebab primer Bronkitis Akut pada anak. Di lingkungan sosio-ekonomi yang baik jarang terdapat infeksi sekunder oleh bakteri. Alergi, cuaca, polusi udara dan infeksi saluran napas atas dapat memudahkan terjadinya bronkitis akut.
Sedangkan pada Bronkitis Kronik dan Batuk Berulang adalah sebagai berikut :

a. Spesifik
1) Asma
2) Infeksi kronik saluran napas bagian atas (misalnya sinobronkitis).
3) Infeksi, misalnya bertambahnya kontak dengan virus, infeksi mycoplasma, hlamydia, pertusis, tuberkulosis, fungi/jamur.
4) Penyakit paru yang telah ada misalnya bronkietaksis.
5) Sindrom aspirasi.
6) Penekanan pada saluran napas
7) Benda asing
8) Kelainan jantung bawaan
9) Kelainan sillia primer
10) Defisiensi imunologis
11) Kekurangan anfa-1-antitripsin
12) Fibrosis kistik
13) Psikis

b. Non-spesifik
1. Asap rokok
2. Polusi udara
3. Patofisiologi

c. Virus
(penyebab tersering infeksi) - Masuk saluran pernapasan - Sel mukosa dan sel silia - Berlanjut - Masuk saluran pernapasan(lanjutan) - Menginfeksi saluran pernapasan - Bronkitis - Mukosa membengkak dan menghasilkan lendir - Pilek 3 – 4 hari - Batuk (mula-mula kering kemudian berdahak) - Riak jernih - Purulent - Encer - Hilang - Batuk - Keluar - Suara ronchi basah atau suara napas kasar - Nyeri subsernal - Sesak napas - Jika tidak hilang setelah tiga minggu - Kolaps paru segmental atau infeksi paru sekunder (pertahanan utama) (Sumber : dr.Rusepno Hasan, Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak, 1981)

6. Tanda dan gejala
Menurut Gunadi Santoso dan Makmuri (1994), tanda dan gejala yang ada yaitu :
- Biasanya tidak demam, walaupun ada tetapi rendah
- Keadaan umum baik, tidak tampak sakit, tidak sesak
- Mungkin disertai nasofaringitis atau konjungtivitis
- Pada paru didapatkan suara napas yang kasar
Menurut Ngastiyah (1997), yang perlu diperhatikan adalah akibat batuk yang lama, yaitu :
- Batuk siang dan malam terutama pada dini hari yang menyebabkan klien murang istirahat
- Daya tahan tubuh klien yang menurun
- Anoreksia sehingga berat badan klien sukar naik
- Kesenangan anak untuk bermain terganggu
- Konsentrasi belajar anak menurun

7. Komplikasi
a. Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronik
b. Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi kurang dapat
terjadi Othithis Media, Sinusitis dan Pneumonia
c. Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi
d. Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasisi atau Bronkietaksis

8. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto Thorax : Tidak tampak adanya kelainan atau hanya hyperemia
b. Laboratorium : Leukosit > 17.500.

9. Penatalaksanaan
a. Tindakan Perawatan
Pada tindakan perawatan yang penting ialah mengontrol batuk dan mengeluarakan lendir
- Sering mengubah posisi
- Banyak minum
- Inhalasi
- Nebulizer
- Untuk mempertahankan daya tahan tubuh, setelah anak muntah dan tenang perlu
diberikan minum susu atau makanan lain

b. Tindakan Medis
- Jangan beri obat antihistamin berlebih
- Beri antibiotik bila ada kecurigaan infeksi bakterial
- Dapat diberi efedrin 0,5 – 1 mg/KgBB tiga kali sehari
- Chloral hidrat 30 mg/Kg BB sebagai sedatif

10. Pencegahan
Menurut Ngastiyah (1997), untuk mengurangi gangguan tersebut perlu diusahakan agar batuk tidak bertambah parah.
- Membatasi aktivitas anak
- Tidak tidur di kamar yang ber AC atau gunakan baju dingin, bila ada yang tertutup lehernya
- Hindari makanan yang merangsang
- Jangan memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore, dan mandikan anak dengan air hangat
- Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan
- Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi





[+/-] Read More/Selengkapnya...

DOWNLOAD ASKEP LENGKAP SILAHKAN KLIK LINK DIBAWAH INI
ASKEP LENGKAP

Terima Kasih Telah Download,
ingin download askep lebih banyak silahkan klik Download Askep
Kami sangat berterima kasih jika pengunjung bersedia Klik Iklan yang ada

INGIN BERBISNIS SEPERTI SAYA SILAHKAN KLIK BANNER DIBAWAH INI

Manfaatkan BLOG ANDA

Tukeran Link

COPAS Kode dibawah ke blogmu

Tampilan Diblog akan seperti ini
akper,Keperawatan,PPNI,Solo

CARI DISINI

 


Ingin pasang iklan
dapat duit Klik Disini

Follow-Me

SMS Ke teman anda disini GRATIS

.

[KEMBALI KE ATAS ]